Hanifa Lihawa, salah satu warga Desa Milango, Kecamatan Tomilito, mengaku ketakutan pada guncangan gempa yang terjadi tersebut.
Kata dia, trauma bencana banjir yang terjadi Kamis (21/11) malam, belum juga usai dan masih mengancam wilayah tersebut, dan tiba-tiba gempa yang cukup kuat mengguncang.
"Kami sekeluarga ketakutan saat gempa terjadi, meskipun bangunan rumah hanya semi permanen, namun trauma bencana alam ini sangat meresahkan," ujar ibu berusia 52 tahun ini.
Kepanikan yang sama terjadi di gedung DPRD setempat, di Desa Molingkapoto, Kecamatan Kwandang.
Gempa membuat para legislator dan staf sekretariat DPRD berhamburan keluar gedung berlantai 2 tersebut.
"Kondisi gedung ini sangat mengkhawatirkan, sehingga gempa sesaat menakutkan para penghuninya," ujar anggota Komisi I DPRD, Husain Pateda.
Ia berharap, kepanikan tersebut hanya sesaat dan tidak menimbulkan kerusakan di wilayah perkantoran maupun pemukiman warga, mengingat cukup kuatnya guncangan gempa.
Sementara itu, data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jakarta, mencatat, gempa berkekuatan 5,4 Scala Richter (SR) terjadi pukul 12:41:37 WIB, pada lintang 0.22 LS, bujur 122.98 BT, di kedalaman 51 kilo meter (Km).
Lokasi pusat gempa berada di Minahasa Peninsula, Sulawesi, atau di 84 Km Barat Daya, Kota Gorontalo-Pohuwato 92 Km Barat Daya, Bone Bolango 92 Km, tenggara Kabupaten Gorontalo 86 Km Barat Daya Gorontalo dan 1915 Km Timur Laut Jakarta, Indonesia.
Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. (*)
Pewarta: Susanti Sako
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013