"Untuk Indonesia walaupun kondisi rupiah melemah kami masih melihat itu adalah sesuatu yang wajar dan kami terus mengawasi itu," ujar Agus saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat.
Menurut Agus, pelemahan rupiah tersebut memang terpengaruhi oleh faktor perkembangan ekonomi global yang berdampak terhadap negara-negara berkembang.
"Kita tidak usah risau tentang itu, itu memang adalah perkembangan daripada dunia ketika kita melihat hasil pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) dan kemudian diperkirakan kondisi di Amerika lebih baik dan kemudian berdampak pada semua negara," ujar Agus.
Ia menuturkan pergerakan nilai tukar rupiah merupakan suatu hal yang dinamis dalam beberapa bulan terakhir di mana ketika Oktober rupiah menguat kemudian November melemah kembali.
"Kita juga tahu bahwa ini didukung sama banyak investor yang juga ambil keuntungan berdampak pada posisinya (rupiah)," ujarnya.
Agus menambahkan, pihaknya juga tidak menargetkan suatu tingkat nilai tukar tertentu namun akan meyakinkan nilai tukar rupiah masih sesuai dengan fundamental ekonominya dan tetap menjaga stabilitas sistem keuangan di Tanah Air.
Berdasarkan kurs Jakarta Inter Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah pada Jumat sebesar Rp11.706, naik hampir 150 basis poin lebih dibandingkan Jumat (15/11) pekan lalu Rp11.561.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013