Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Rabu pagi, turun tipis delapan poin menjadi Rp9.078/9.083 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.070/9.078. "Menguatnya dolar AS terhadap rupiah, karena pelaku asing memburu dolar AS, setelah Iran menolak usulan Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) berkaitan dengan program nuklir," kata Analis Valas PT Panin Bank Tbk, Jasman Ginting, di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan penolakan Iran menimbulkan kekhawatiran pelaku asing yang segera memburu dolar AS dan diikuti oleh pelaku lokal, sehingga dolar AS menguat terhadap rupiah. Namun aksi buru pelaku lokal terhadap dolar AS relatif masih kecil, sehingga kenaikan mata uang asing itu tidak besar, meski demikian keterpurukan dolar AS terhadap mata uang utama Asia mulai terhenti hari ini, katanya. Dolar AS yang sejak 11 pekan terakhir ini merosot, mulai menguat 0,7 persen terhadap euro menjadi 1.2800 dan euro terhadap yen melemah jadi 149,10 dari sebelumnya 149,75. Menurut dia, merosotnya euro terhadap dolar AS, karena keluarnya data ekonomi Jerman yang melemah dan rencana bank sentral AS yang mengusulkan kenaikan suku bunganya untuk mengatasi inflasi AS. Jerman merupakan negara ekonomi terbesar di kawasan itu pertumbuhan ekonominya cenderung melemah mengakibatkan pelaku melakukan aksi profittaking, katanya. Meski demikian, lanjutnya aktifitas perdagangan di pasar valas masih lesu, karena pelaku belum antusias untuk memasuki pasar, mereka sedang memfokuskan perhatian terhadap pidato Presiden Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah. Karena itu, peluang rupiah untuk bisa menguat masih ada meski saat ini terkoreksi namun dalam kisaran yang relatif sempit, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006