Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berharap kongres pemuka agama se-Indonesia yang dilaksanakan pada 22-24 Agustus 2006 tidak sampai dikemas dengan aroma politik, namun hanya menyentuh masalah religius dan teologis saja. "Apabila (agendanya) di luar itu, saya khawatir kongres ini kurang berhasil," kata Wakil Rais Aam PBNU KH Tolchah Hasan usai pembukaan kongres oleh Menko Kesra Aburizal Bakrie di Jakarta, Selasa malam. Menurut Tolchah, banyak manfaat yang bisa diwujudkan dari kongres tersebut, sebab bila pemuka agama bertemu dan bertatap muka akan menghasilkan sesuatu yang amat penting sepanjang tidak memunculkan draf keputusan apalagi untuk mencari dukungan tertentu. Tolchah mengatakan, kongres itu merupakan suatu modal bagi pemuka agama untuk saling bertemu, bersilaturahmi dan saling menyampaikan isi hati. Menyitir ucapan seorang filsuf Yunani, Tolchah menyatakan, kebersamaan itu merupakan kenikmatan yang paling banyak disia-siakan umat manusia. "Semoga kita bukan termasuk golongan orang yang seperti itu," tambah mantan Menteri Agama pada era pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut. Menko Kesra Aburizal Bakrie saat membuka kongres tersebut menyatakan, agama harus menjadi perekat bangsa di tengah-tengah masyarakat yang multikultural sehingga bisa menumbuhkan kerukunan antar agama dan berperan aktif dalam upaya pembangunan. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Departemen Agama Bachrul Hayat selaku ketua panitia kongres mengatakan, penyelenggaraan kongres tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa umat beragama dewasa ini tengah dihadapkan pada berbagai persoalan yang menyangkut isu-isu global yang turut mempengaruhi sikap dan perilaku keberagamaan masyarakat di tingkat lokal. Menurut Bachrul, di tengah situasi kompleksitas persoalan umat beragama akhir-akhir ini, maka pemerintah perlu melakukan langkah-langkah kongkrit sebagai respon positif terhadap persoalan bangsa pada umumnya. Kongres bertajuk "Membangun Kerjasama, Mengatasi Berbagai Problema, Meningkatkan Kontribusi Umat Bagi Kemajuan Bangsa" itu diikuti 225 peserta, terdiri atas utusan provinsi, masing-masing enam orang berupa wakil dari majelis-majelis agama tingkat pusat dan provinsi (MUI, PGI, KWI, PHDI, Walubi, Matakin) atau ormas keagamaan dan kepala Kanwil Agama setempat.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006