"Jumlah dan jenis gempa yang terekam masih didominasi oleh jenis gempa permukaan, seperti gempa letusan, gempa hembusan dan gempa guguran. Gempa vulkanik dalam dan tremor harmonik terekam lebih intensif," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Gempa vulkanik dalam dan tremor harmonik yang semakin intensif terekam mengindikasikan semakin intensifnya suplai magma dari bawah permukaan bersamaan dengan pelepasan material ke permukaan serta adanya proses penumpukan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Seloko.
Gempa yang berasosiasi dengan kejadian lahar juga beberapa kali terekam. Kejadian getaran banjir yang tercatat oleh Badan Geologi mengindikasikan adanya kejadian lahar di aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru terutama yang mengarah ke aliran Besuk Kobokan.
Berdasarkan pemantauan deformasi dengan peralatan tiltmeter dan GPS kontinyu hingga 15 April 2024 menunjukkan pola inflasi. Inflasi merupakan fenomena penggembungan di tubuh gunung api dan menjadi salah satu tanda akan erupsi.
Pola inflasi itu tampak di bagian bawah maupun bagian atas tubuh Gunung Semeru yang berkorelasi dengan terus terjadinya perpindahan tekanan dari dalam tubuh gunung api ke permukaan bersamaan dengan keluarnya material saat terjadi erupsi dan hembusan.
Baca juga: Gunung Semeru kembali erupsi selama 118 detik
Baca juga: Gunung Semeru kembali erupsi dengan letusan setinggi 700 meter
Baca juga: Gunung Semeru meletus, lontarkan abu vulkanik hingga satu kilometer
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024