Enam pesawat F16 di Australia harusnya sampai 24 November, dihentikan sekarang dan besok (pesawat) harus kembali."
Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan Indonesia menghentikan seluruh latihan militer gabungan dengan Australia mulai Rabu sesuai instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono guna meminta Australia menyelesaiakan isu penyadapan.
"Mulai hari ini langsung kami hentikan, bukan percepatan," katanya di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Rabu.
Hal itu dikatakan Panglima menanggapi instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Rabu siang untuk menghentikan sementara seluruh latihan gabungan militer Indonesia dan Australia serta koordinasi operasi militer bersama dalam penanganan penyelundupan manusia.
Ia mengatakan, salah satu latihan gabungan yang dihentikan adalah Elang Ausindo. Indonesia dalam kesempatan itu mengirimkan enam pesawat F-16 dan rencananya selesai pada 24 November.
"Enam pesawat F16 di Australia harusnya sampai 24 November, dihentikan sekarang dan besok (pesawat) harus kembali, tapi pendidikan tidak," katanya.
Menurut dia, pihaknya tetap tegas untuk menegakkan sikap politik, meskipun secara personal, dirinya tetap berhubungan dengan koleganya asal Australia.
"Saya selaku penglima tetap harus menjaga keseimbangan untuk hadapi situasi ini. Secara pribadi panglima masih berkomunikasi dengan panglima Australia, tapi sikap politik harus jelas, tegas," katanya.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan Pemerintah Indonesia menghentikan sementara tiga kerja sama dengan Australia hingga ada penyelesaian terkait isu penyadapan.
Selain kerja sama militer, Presiden juga menghentikan kerja sama pertukaran informasi dan data intelijen, operasi bersama penanggulangan penyelundupan manusia.
Presiden juga melakukan evaluasi terhadap kerja sama lain dengan Australia. Selain itu Presiden meminta kerja sama dengan Australia ke depan dilakukan dengan protokol code of conduct (pedoman berperilaku).
Presiden mengungkapkan kekecewaannya karena Pemerintah Australia hingga saat ini belum memberikan penjelasan secara resmi yang ditujukan kepada Indonesia atas penyadapan tersebut.
Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013