Biasanya permintaan global akan melambat. Ini akan memperlambat ekspor kita dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

Jakarta (ANTARA) - Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teuku Riefky menilai kinerja ekspor dan impor Indonesia rentan terdampak konflik Iran-Israel.

“Konflik ini terus tereskalasi dan ada beberapa hal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, salah satunya ekspor-impor,” kata Riekfy kepada ANTARA di Jakarta, Senin.

Dari sisi impor, Riefky mengatakan konflik itu akan mengganggu arus perdagangan global dari Laut Merah, yang pada akhirnya menghambat arus perdagangan Indonesia.

Sementara, impor Indonesia didominasi oleh bahan baku dan barang modal, sehingga produksi dalam negeri akan terimbas bila kinerja impor terganggu.

Adapun dari sisi ekspor, Riefky menyebutkan permintaan global akan melambat seiring dengan tereskalasinya konflik Iran-Israel. Menurunnya permintaan global tak dimungkiri bakal berdampak pada kinerja ekspor RI.

Baca juga: Ekonom: Spekulasi pasar terhadap The Fed sebabkan pelemahan rupiah

Baca juga: Ekonom menilai konflik Iran-Israel berpotensi tingkatkan inflasi RI

“Biasanya permintaan global akan melambat. Ini akan memperlambat ekspor kita dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,” ujar Riefky.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pemerintah menyiapkan sejumlah kebijakan strategis untuk memastikan agar konflik Iran-Israel tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian nasional.

Untuk mengambil langkah-langkah antisipasi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pun menyelenggarakan rapat dengan sejumlah duta besar negara sahabat pada Senin.

Rapat tersebut salah satunya membahas respons dampak konflik di tingkat regional dan global, kinerja sektor perbankan dan pasar modal, pengendalian inflasi, serta rencana koordinasi bauran kebijakan fiskal dan moneter dengan otoritas terkait untuk strategi pengendalian nilai tukar dan pengelolaan defisit anggaran.

Ia menyampaikan bahwa pemerintah akan terus mencermati perkembangan global dan regional serta mengambil langkah-langkah terbaik untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.

Menurutnya, perekonomian Indonesia relatif masih cukup kuat dengan pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga di atas 5 persen dan inflasi yang terkendali.

Hingga Februari 2024, neraca perdagangan Indonesia pun masih mengalami surplus sehingga cadangan devisa pada Maret 2024 masih terpantau kuat.

Baca juga: Ekonom: Konflik Iran-Israel berpotensi pengaruhi pertumbuhan ekonomi

Baca juga: Ekonom: Bauran kebijakan antisipasi dampak konflik Iran dan Israel

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024