Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR RI Nurhayati Ali Assegaf menyambut baik keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghentikan kerjasama militer, inteligen dan latihan bersama dengan Australia.

Dia juga menyebut keputusan Presiden itu sebagi sikap tegas Indonesia.

"Tentu kita menyambut baik apa yang disampaikan oleh Presiden RI terkait penolakan permintaan maaf dari Australia yang memutus hubungan kerjasama militer, kerjasama inteligen dan latihan gabungan antara kedua negara," kata Nurhayati di Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkan, penolakan permintaan maaf PM Australia Tony Abbot itu membuat Presiden SBY berang.

"Penolakan permintaan maaf itu merupakan sinyal kuat kepada Presiden SBY untuk bicara sendiri. Hal ini belum pernah terjadi selama ini. Ini adalah bentuk kekecewaan Presiden," katanya.

Ia berharap penyataan Presiden Yudhoyono segera direspon pemerintah Australia. "Saya yakin, Australia akan segera memberikan respon. Australia segera menyadari penyataan dan kekecewaan Presiden SBY itu," kata Nurhayati.

Presiden menyatakan, sambil menunggu jawaban resmi Australia soal penyadapan, Indonesia menghentikan sejumlah kerjasama dengan Australia seperti kerjasama militer, latihan gabungan militer dan intelijen antara kedua negara.

"Yang jelas, untuk sementara atau saya meminta dihentikan dulu kerjasama yang disebut pertukaran informasi dan pertukaran intelijen di antara kedua negara," kata Presiden dalam jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu 20 November 2013.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013