... dihentikan dulu sampai semuanya jelas. Tidak mungkin dilanjutkan... "Jakarta (ANTARA News) - Akhirnya Presiden Susilo Yudhoyono mengungkap kekecewaan dia terhadap sikap Australia tentang penyadapan komunikasi banyak pejabat penting Indonesia oleh intelijen negara kanguru itu.
Jakarta akhirnya secara pasti menghentikan sejumlah kerja sama resmi dengan Canberra, setelah Yudhoyono menyatakan hal itu di depan pers, di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu siang.
Hadir dalam pernyataan pers itu sejumlah petinggi negara, di antaranya Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, dan Kepala BIN, Marciano Norman, dan Duta Besar Indonesia untuk Australia yang ditarik pulang, Nadjib Kesoema.
Beberapa hari lalu, kekecewaan dan kegalauan Yudhoyono dinyatakan melalui akun twitter-nya, dalam bahasa Inggris, yang banyak dibahas sejumlah media massa Barat.
Kekecewaan Yudhoyono itu juga bertambah mengingat pada 2015 nanti, kedua negara sepakat meningkatkan hubungan kerja sama bilateral menjadi kemitraan strategis.
"Kalau ada yang mengatakan intelijen itu bisa melakukan apa saja, saya justru bertanya, intelijen itu arahnya ke mana," kata dia.
"Kenapa harus menyadap kawan bukan lawan? Saya menganggap ini masalah serius, bukan hanya aspek hukum. Saya kira hukum di Indonesia dan Australia tidak memperbolehkan menyadap pejabat negara lain," kata Yudhoyono.
Tiga kerjasama dihentikan, yaitu kerja sama pertukaran informasi dan data intelijen, menghentikan seluruh kerja sama latihan bersama antara TNI dengan Australia, dan kerja sama operasi militer terkait penyelundupan manusia.
"Saya minta dihentikan dulu sampai semuanya jelas. Tidak mungkin dilanjutkan kalau tidak yakin tidak ada penyadapan," kata Yudhoyono.
Selain itu, pada masa depan dia juga meminta agar kerja sama dikawal dalam protokol pedoman berperilaku dan prinsip panduan yang mengikat kedua pihak.
Walau jelas menghentikan kerja sama dengan Australia, namun Yudhoyono masih menunggu penjelasan resmi Perdana Menteri Australia, Tony Abbot, terkait penyadapan itu.
Abbot, sebelumnya dari Canberra, menyatakan tidak akan meminta maaf kepada Indonesia tentang hal itu walau mengakui hubungan Canberra-Jakarta merupakan prioritas penting bagi Australia.
"Kalau Australia juga ingin menjaga hubungan baik dengan Indonesia saya masih tetap menunggu penjelasan dan sikap resmi Australia," kata Yudhoyono.
Dia menambahkan, "Yang lebih penting kalau berpikir jernih, ini tentu berkaitan dengan moral dan etika sebagai sahabat, sebagai tetangga, sebagai mitra yang sebenarnya menjalin hubungan yang baik."
Pewarta: Muhammad A Iskandar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013