"Fakta ini menyatakan bahwa sebanyak 125 siswa SMKS 15 Kota Bengkulu masuk dalam kategori kelompok yang mempunyai peluang besar sebagai 'penerima' polutan berbahaya tersebut” kata Hosani di Bengkulu, Jumat.
Menurut dia polutan berbahaya seperti NOx Dan SOx serta senyawa beracun lainnya mampu menyebar sampai dengan 200 kilometer dari pusat polusi berada.
"Sementara SMKS 15 Kota Bengkulu hanya berjarak 10 kilometer dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara Teluk Sepang Kota Bengkulu," kata dia.
Fakta itu pula yang menjadi alasan Kanopi Hijau Indonesia menggelar Sekolah Energi Bersih #2 di sekolah tersebut. Tujuannya untuk berbagi pengetahuan tentang dampak buruk energi kotor dan solusi untuk transisi energi bersih.
"SMKS 15 Taruna juga menjadi kelompok yang berpotensi besar menerima dampak dari krisis iklim karena letak sekolah yang berada dekat dengan pesisir pantai dan secara keprofesian bidang pelayaran mereka akan menggantungkan masa depan pada laut sebagai ruang hidupnya," ucapnya.
Lewat program Sekolah Energi Bersih #2, para pelajar distimulasi untuk sadar pentingnya transisi energi bersih demi kelangsungan hidup, alam serta iklim.
Mereka juga memperoleh informasi tentang dampak krisis iklim yang dapat mengancam profesi industri pelayaran maritim. Risiko buruk diakibatkan oleh perubahan pola cuaca ekstrem, naiknya gelombang air laut, kenaikan permukaan air laut, abrasi, kerusakan infrastruktur pelabuhan.
Baca juga: STuEB laporkan tiga PLTU batubara di Sumatra ke Dewan HAM PBB
Baca juga: Pemprov Bengkulu periksa indikasi pelanggaran PLTU cemari lingkungan
Baca juga: Kolam pembuangan limbah PLTU Teluk Sepang Bengkulu sebabkan abrasi
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024