Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Djoko Suyanto, mengatakan Kementerian Luar Negeri akan memanggil Dubes RI di Canberra ke Jakarta untuk "konsultasi" dan mengkaji kerja sama pertukaran informasi antar pemerintah RI dan Australia, termasuk penugasan pejabat Australia di Kedubes Australia di Jakarta.
Djoko dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin, mengaku isu penyadapan kepada para pejabat pemerintah Indonesia oleh Australia akan mengganggu hubungan bilateral kedua negara.
Menko Polhukam, mengatakan telah melakukan langkah koordinasi dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa terkait berita penyadapan para pejabat Pemeritah Indonesia oleh Australia di media Australia.
Langkah-langkah yang dilakukan, kata Djoko, pertama bahwa pihak Kementerian Luar Negeri akan menghubungi Menlu Australia Julie Bishop untuk menyampaikan bahwa isu tersebut akan membawa dampak yang tidak baik terhadap hubungan bilateral Indonesia dan Australia.
Kedua, lanjut Djoko, meminta Australia untuk menyampaikan official and public explanation mengenai komitmen untuk tidak melakukan penyadapan.
Ketiga, Kemlu akan memanggil Dubes RI di Canberra ke Jakarta untuk "konsultasi" dan mengkaji kerja sama pertukaran informasi antar pemerintah RI dan Australia, termasuk penugasan pejabat Australia di Kedubes Australia di Jakarta.
"Kemlu juga akan mereview seluruh kerja sama pertukaran informasi dan kerja sama lainnya dengan Australia," tegas Menko Polhukam.
Seperti diberitakan media, intelijen negeri Kangguru mencoba menguping pembicaraan telepon yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya serta beberapa menteri senior.
Dokumen rahasia yang dibocorkan oleh Edward Snowden dan diterima media penyiaran Australia Broadcasting Corporation serta harian The Guardian itu menyebutkan Presiden dan sembilan orang terdekatnya sebagai target pengintipan.
Pengungkapan tersebut muncul saat hubungan bilateral dua negara tengah meruncing terkait tudingan mata-mata sebelumnya dan isu mengenai penanganan manusia perahu yang melewati Indonesia menuju Australia.
Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan bahwa badan intelijen elektronik Australia, Defence Signal Directorate, melacak aktivitas telepon seluler Yudhoyono selama 15 hari pada Agustus 2009 saat Kevin Rudd dari Partai Buruh menjabat sebagai perdana menteri.
Dalam daftar target pengintipan tersebut juga terdapat nama Wakil Presiden Boediono yang pekan lalu berada di Australia, mantan wapres Yusuf Kalla, jurubicara bidang luar negeri, menteri bidang keamanan serta menteri komunikasi dan informasi.
ABC mengatakan salah satu dokumen itu berjudul "3G impact and update" yang memetakan upaya intelijen Australia untuk mengimbangi pertumbuhan teknologi 3G di Indonesia dan seluruh kawasan Asia Tenggara.
Terdapat sejumlah pilihan pemintasan dan direkomendasikan untuk memilih salah satu diantaranya untuk diaplikasikan kepada target --dalam hal ini pemimpin Indonesia, demikian dilaporkan ABC.
Pengungkapan terakhir dokumen Snowden tersebut muncul hanya beberapa minggu setelah adanya laporan yang mengklaim bahwa pos-pos diplomatik Australia di luar negeri, termasuk Jakarta, terlibat dalam jaringan luas pengintaian yang dipimpin AS, yang memantik reaksi kemarahan dari Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa.
Laporan ini kemudian disusul dengan laporan lain dari the Guardian awal bulan ini bahwa Australia dan Amerika Serikat menjalankan operasi pengintaian bersama terhadap Indonesia saat digelarnya pertemuan iklim PBB di Bali pada 2007.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013
1. Penyadapan ini terlalu menjadi topik utama di Media Indonesia, jadi tanda tanya juga kok terlalu takutnya disadap tanda tanya ada apa ya, sepertinya ada rahasia besar yang dipegang kalau memang orang yang bersih walaupun dirinya disadap tidak akan takut akan penyadapan ini.
2. Opsi yang diambil Indonesia untuk menarik ambassador (duta besar) sendiri bisa merusak hubungan kerja sama seperti ekonomi, budaya bisa terhambat dan tentu akan merugikan negara kita.
3. Kalau Australia misalnya disadap bagi mereka itu tidak masalah serius, justru bagi mereka akan menjadi sebuah tantangan perlombaan kecanggihan teknologi intelegensi.
4. Adalah sebuah tipical budaya masyarakat Indonesia yang seperti ini: malu membahas tentang kepribadiannya, suka bilang wanita itu harus berpakaian sopan tapi sebenarnya mereka suka beristri banyak, yang kakek-kakek berusia 50 tahun, 55 tahun, 60 tahun suka beristri gadis 18 tahun, 19 tahun, 20 tahun, suka menikah siri di mana-mana. Sebenarnya kan ini adalah pelanggaran HAM berat contohnya pada kasus beristri banyak, masa satu laki-laki bisa dapat istri 2, 3, dst, dengan dia beristri lebih dari satu berarti dia telah mengambil salah satu jatah laki-laki yang lainnya dan ini jelas membunuh kehidupan seorang laki-laki, masa yang seharusnya anaknya lahir dari wanita itu menjadi terlahir dari wanita lain atau kasus lainnya dia tidak mendapat istri, hal ini tentu sangat kejam.
5. Untuk sebuah negara penyadapan itu adalah penting dan hal ini tidak usah diingkari, melihat perkembangan dari negara lain, apa yang mereka kerjakan, mengapa Indonesia bisa lebih baik adalah karena melihat contoh dari negara lain, contoh secara terbuka dalam pendidikan studi banding adalah salah satu fungsinya untuk menyadap atau membandingkan pendidikan dari negara lain.