Palangka Raya (ANTARA News) - Seorang bayi dari pasangan Sumardi dan Prastiani asal Desa Samba Katung, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, lahir tanpa dinding perut sehingga organ dalam perut kelihatan dan hanya dilindungi selaput tipis. Menurut dokter spesialis anak di RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, dr Made Yuliari SpA, Selasa, bayi itu dalam kondisi stabil meski pihaknya belum dapat memastikan organ apa saja yang di luar rongga perut, tetapi kemungkinkan organ seperti usus dan hati terbungkus oleh selaput tipis. Keluarnya organ bagian dalam perut itu membuat organ perut bayi tampak seperti bola dengan selaput tipis semi-transparan atau biasa disebut "peritonium" yang besarnya bahkan lebih besar dari kepala sang jabang bayi. "Organ dalam yang keluar atau istilah medisnya omphalocele itu sangat rentan terhadap infeksi. Meski sampai saat ini kami belum menemukan ada tanda-tanda terjadinya infeksi," katanya. Bayi yang belum diberi nama itu lahir pada Minggu sore lalu di Desa Samba Katung, kecamatan Katingan Tengah, kabupaten Katingan. Akibat kelahiran yang tidak lazim itu, sejumlah tetangga Sumardi membawa bayi itu ke RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya agar mendapatkan perawatan intensif. Saat ini bayi itu dirawat di ruang perawatan anak intensif dengan selang di hidungnya, sedangkan organ dalam yang keluar telah dibungkus dengan kain kasa. Dr Made menerangkan, pihaknya tidak mampu berbuat banyak terhadap si jabang bayi mengingat terbatasnya peralatan di RSUD itu dan tidak adanya dokter spelialis bedah anak di rumah sakit itu. "Kami akan merujuk bayi itu ke Banjarmasin, karena di sana ada dokter spesialis anak super spesialis bedah. Langkah selanjutnya, bayi itu akan dioperasi dengan tujuan memasukkan organ yang keluar ke dalam rongga perut," katanya. Sehingga nantinya tim dokter akan memberi dinding perut buatan pada bayi itu. Dengan demikian rongga perut itu akan ditutup oleh kulit. "Organ dalam itu harus dimasukkan, bila tidak dapat menyebabkan infeksi yang berdampak komplikasi penyakit. Kasus ini terbilang langka meski pernah terjadi juga disini beberapa tahun lalu sekitar tahun 2004 sehingga ini kasus kedua," katanya. Mengenai teknis operasi itu, Made mengaku tidak paham karena belum pernah menangani operasi semacam itu. Demikian juga soal dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan operasi. Ia menjelaskan, setelah mengetahui keluarga korban adalah keluarga tidak mampu, pihak RSUD tengah membantu proses pengurusan surat keterangan tidak mampu agar bisa memperoleh Asuransi Kesehatan (Askes) miskin. "Kami harap pembiayaan dapat dibantu oleh Askes termasuk untuk operasi. Dengan demikian keluarga dapat lebih ringan dalam membiayai," ucapnya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006