Banjarmasin (ANTARA News) - Sumber energi nuklir, uranium, dikenal sangat efisien karena setiap satu gramnya bisa menghasilkan energi setara dua ton batubara.
Namun sayangnya, kata Kepala Pusat Reaktor Serbaguna Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Alim Tarigan, sumber energi yang berpotensi besar mengatasi krisis energi itu belum diterima masyarakat secara luas.
Sebagian masyarakat belum berterima dengan energi nuklir karena adanya kekhawatiran dan isu-isu negatif mengenai nuklir.
"Saya sangat berharap masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan isu bahwa nuklir berbahaya," katanya menerima kunjungan kerja Biro Humas Provinsi Kalimantan Selatan dan Organisasi Jurnalis Pena Hijau Indonesia Kalimantan Selatan di Pusat Reaktor Serbaguna G.A Swabessy BATAN di Serpong, Tangerang Selatan, Minggu..
Melalui kunjungan itu, Tarigan berharap Humas dan wartawan bisa menambah pengetahuan dan wawasan mengenai nuklir sehingga stigma negatif bisa dikurangi dan nilai positifnya bisa disosialisasikan lebih luas.
"Nuklir tidak berbahaya seperti yang dibayangkan, seperti halnya reaktor nuklir di Jepang, kerusakannya bukan disebabkan oleh keberadaan reaktor nuklir tersebut, namun akibat tsunami," katanya.
Apalagi, seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, keamanan penggunaan tenaga nuklir, tentunya akan semakin bisa lebih ditingkatkan.
Indonesia, kata Tarigan, sudah siap untuk mengembangkan dan memanfaatkan energi nuklir jika dilihat dari kemampuan sumber daya manusia serta kesediaan sumber daya alam.
"Reaktor Serbaguna ini dibangun dengan tujuan untuk penelitian, tes material dan produk radioisotop," katanya.
Terkait kondisi Reaktor serbaguna yang diresmikan Presiden Kedua RI Soeharto pada 1987 itu, menurut Tarigan masih cukup baik.
"Reaktor Serbaguna ini sudah berusia 26 tahun, dengan pengelolaan dan perawatan yang kami lakukan akan mampu beroperasi dengan baik, bahkan hingga 20 tahun ke depan," katanya.
Menyinggung ketersediaan sumber daya manusia pengelola tenaga nuklir, menurut Tarigan Indonesia mempunyai sumber daya manusia pengelola nuklir yang cukup.
Saat ini, kata dia, pengelola nuklir di Indonesia mencapai 3000 orang dengan latar belakang pendidikan yang beraneka ragam.
"Kita sudah lama berkecimpung dalam mengelola tenaga nuklir, sehingga tidak perlu diragukan lagi," katanya sembari menjelaskan bahwa selain di Serpong reaktor serbaguna juga terdapat di Bandung dan Yogyakarta.
Pewarta: Ulul Maskuriah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013