... kurang baik bagi ekonomi Sumatera Utara karena sektor riil tidak menyerap banyak tenaga kerja... "Medan (ANTARA News) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumatera Utara memprediksi pada 2014, pengusaha cenderung memilih bisnis di sektor riil dan jasa, di antaranya bisnis rumah makan atau kafe menyusul dugaan masih tren ekspor menurun.
"Jika itu terjadi maka kurang baik bagi ekonomi Sumatera Utara karena sektor riil tidak menyerap banyak tenaga kerja sebagaimana halnya manufaktur atau industri. Juga tidak mendatangkan devisa," kata Ketua HIPMI Sumatera Utara, Firsal Mutyara, di Medan, Minggu.
Oleh karena itu pula HIPMI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara melambat, hanya sekitar lima persen saja.
BPS Sumatera Utara, pada sisi lain, menyatakan, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara masih bisa sebesar 5,95 persen pada triwulan ketiga 2013. Dibanding periode sama 2012 yang besarnya 6,07 persen, angka itu menurun.
"Pemerintah jangan membiarkan hal ini, harus mengambil langkah nyata agar lebih mendorong industri manufaktur bergairah," katanya.
Salah satu yang paling mendesak yang harus dilakukan Pemerintah adalah membangun dan meningkatan berbagai infrastruktur, di antaranya gas dan listrik. Kelemahan pada sisi energi ini membuat Sumatera Utara tidak dilirik investor.
"Kekurangan listrik dan gas di provinsi itu sekitar 400 MW dan 22-30 mmscfd perlu diatasi," katanya.
Salah satu yang paling mendesak yang harus dilakukan Pemerintah adalah membangun dan meningkatan berbagai infrastruktur, di antaranya gas dan listrik. Kelemahan pada sisi energi ini membuat Sumatera Utara tidak dilirik investor.
"Kekurangan listrik dan gas di provinsi itu sekitar 400 MW dan 22-30 mmscfd perlu diatasi," katanya.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013