Istanbul (ANTARA News) - Ratusan perempuan Turki menggelar protes di Istanbul, Ankara dan Izmir guna menentang kebijakan paling akhir pemerintah Partai AKP untuk mencampuri gaya hidup kaum muda di negeri tersebut.
Demonstrasi tersebut diselenggarakan oleh Partai Pekerja dan beberapa organisasi perempuan. Mereka membawa slogan "Wahai perempuan bangkit lah! Bersama kaum lelaki!"
Sekretaris Jenderal Partai Pekerja Urusan Perempuan Pinar Gul mengatakan pemerintah menyelesaikan perhitungannya dengan Republik Turki. "Dan kami tentu saja takkan membiarkan mereka mewujudkan tujuan mereka," kata Pinar Gul.
Pemrotes menyampaikan keprihatinan mereka mengenai masa depan Republik Turki dan sistem sekularisme di negeri tersebut. Itu adalah reaksi pertama masyarakat oleh kaum perempuan Turki terhadap tindakan resmi Partai Pembangunan dan Keadilan --yang berkuasa.
Menurut paket demokratisasi paling akhir yang diumumkan pada Oktober oleh Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, pemerintah mengizinkan perempuan wakil rakyat mengenakan jilbab di Parlemen Turki.
Pelaksanaan hukum baru tersebut telah menghadapi kecaman keras oleh kaum sekuler dan perempuan "Kemalist" (pengikut Mustafa Kemal Araturk), pendiri Turki modern dan sekuler) di Turki.
"Yang pertama, saya adalah prajurit Mustafa Kemal Ataturk. Parlemen Turki adalah Parlemen Tertinggi Republik Turki, bukan parlemen satu negara Islam," kata salah seorang perempuan pemrotes, Sacide Dikkaya di Kabupaten Kadikoy di Istanbul, kepada Xinhua.
Saat menyeru perempuan wakil rakyat agar tidak memakai jilbab di dalam gedung parlemen, Dikkaya berkata, "Penutup kepala mereka bukan lambang agama, itu adalah petunjuk mengenai pandangan politik khusus."
Seorang perempuan lain --mantan anggota parlemen dari Partai Demokrat Sosial-- mengecam perempuan anggota parlemen yang tak memakai jilbab dan mengizinkan yang lain memasuki parlemen.
"Kalau saja saya ada di sana, saya akan berjuang melawan mereka sampai titik darah penghabisan. Tak seorang pun berhak mengelar pertunjukan politik di Parlemen Tertinggi Turki," ia menambahkan.
Pemrotes di Kadikoy juga menyampaikan kecaman mereka terhadap pernyataan Erdogan mengenai rumah yang menjadi tempat tinggal bersama mahasiswa dan mahasiswi.
"Saya tidak mendukung apa yang berlangsung di Turki. AKP menyeret negeri ini ke dalam kekacauan. Saya ingin hidup di negara tempat anak-anak saya akan bebas hidup bersama dengan pacar mereka --lelaki atau perempuan. Kami berada di sini bersama rekan lelaki kami untuk berjuang melawan AKP," kata seorang lagi perempuan pemrotes.
(C003/A016)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013