Beijing (ANTARA News) - China akan melonggarkan "kebijakan satu anak" yang sudah puluhan tahun diterapkan, memungkinkan pasangan memiliki dua anak jika satu di antara mereka adalah anak tunggal, demikian keputusan kunci Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) pada Jumat (15/11).

China akan menerapkan kebijakan baru itu dalam kebijakan keluarga berencana dasar sesuai keputusan utama tentang reformasi komprehensif yang disepakati dalam pertemuan komite pusat CPC di Beijing yang berlangsung di Beijing pada 9-12 November lalu.

Kebijakan kelahiran itu akan disesuaikan dan diperbaiki tahap demi tahap untuk mendorong "perkembangan populasi seimbang dalam jangka panjang di China, kata keputusan CPC seperti dilansir kantor berita Xinhua.

Pelonggaran kebijakan itu akan menjaga tingkat kelahiran China pada laju stabil, kata Guo Zhenwei, seorang pejabat keluarga berencana di Komisi Kesehatan dan Keluarga Berencana China.

Untuk memastikan pembangunan ekonomi dan sosial berjalan selaras, populasi China harus dijaga berada pada kisaran 1,5 miliar, kata Guo mengutip hasil penelitian yang didukung oleh Dewan Negara, kabinet China.

Menurut Guo, China harus menjaga tingkat kesuburan sekitar 1,8 sementara sekarang tingkat kesuburan berkisar antara 1,5 sampai 1,6 sehingga memungkinkan negara menerapkan pelonggaran kebijakan.

Wu Cangping, penasehat China Population Association, yakin perubahan kebijakan keluarga berencana China bisa akan mendorong ledakan kelahiran bayi karena prefrensi tradisional orangtua China untuk punya lebih banyak anak telah berubah bersama kemajuan sosial negara itu.

Kebijakan keluarga berencana China mulai diterapkan akhir tahun 1970-an dengan membatasi keluarga urban hanya boleh memiliki satu anak dan keluarga di daerah pedalaman boleh memiliki dua anak jika anak pertama mereka perempuan.

Keluarga dengan satu anak akan mendapatkan bonus dan kentungan yang lain. Menurut data resmi, jumlah keluarga dengan satu anak mencapai 37,5 persen dari populasi China yang mencakup 1,3 miliar penduduk.

Kebijakan itu diperkirakan telag menekan pertambahaan penduduk China hingga 400 juta orang sejak pertama kali dijalankan. Namun kebijakan itu juga disalahkan karena membangkitkan sejumlah masalah sosial baru.

Angkatan kerja China yang semulai mencapai 940 juta turun 3,45 juta per tahun pada 2012, menandai "penurunan absolut" pertama. Angkatan kerja negara itu diperkirakan menurun sekitar 29 juta dalam satu dekade terakhir.

Sementara populasi penduduk usia 60 tahun lebih meningkat, dengan total peningkatan sekitar 14,3 persen.

Kebijakan itu juga berdampak pada ketidakseimbangan gender karena kecenderungan orangtua China untuk memiliki anak lelaki membuat aborsi janin bayi perempuan meningkat.

Sekitar 118 anak laki-laki lahir setiap kelahiran 100 anak perempuan tahun 2012, lebih tinggi dari rasio normal antara 103 sampai 107 anak laki-laki setiap kelahiran 100 anak perempuan.

Dengan kondisi itu, jutaan pria China akan kesulitan menemukan istri pada 2030.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013