Simalungun (ANTARA News) - Longsor berkelanjutan akibat erosi air yang menghantam badan jalan lintas provinsi di Nagori (Desa) Pamatang Sahkuda Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, mengancam perumahan warga sekitar.
"Sabtu lalu longsor lagi, dan badan jalan habis tinggal beramnya saja," ujar Selamat (82 tahun), Jumat, warga yang jarak rumahnya dengan longsoran kira-kira tiga meter lagi diiyakan sejumlah warga yang gotong royong.
Para warga membendung aliran air yang mengarah ke badan jalan dan perumahan mempergunakan material seperti kayu, debok pisang dan lainnya yang hanyut terbawa air serta memasang penahan badan jalan dari bambu agar tidak longsor.
"Kami dibayangi kecemasan kalau lagi hujan. Khawatir air besar menghantam beram jalan yang sudah dekat dengan rumah kami. Setidaknya ini upaya kami untuk menghambat laju air hujan," kata Selamat.
Badan jalan di Km 20 arah Pematangsiantar-Perdagangan sepanjang 550 meter dari jembatan bailley rawan longsor dan hanya bisa dilalui kendaraa roda dua dengan sistem buka tutup karena longsor terparah di 50 meter menyisakan beram jalan.
Pemerintah Kabupaten Simalungun terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk perbaikan jalan yang merupakan kewenangan provinsi ini agar warga sedikitnya 50 kepala keluarga tidak cemas lagi.
"Pemerintah provinsi berjanji akan memperbaiki jalan yang longsor pada tahun 2014. Kami meminta agar masyarakat bersabar dan meningkatkan kewaspadaan terutama saat turun hujan," kata Camat Gunung Malela Riando P Purba.
Sedangkan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Simalungun mengarahkan kendaraan roda empat ke atas untuk lintas melalui jalan perkebunan Kebun Bangun dan Sipev di Simpang Serapuh dan Simpang Gudang.
Laporan ANTARA di lokasi kejadian, pengerukan parit di sepanjang pinggiran kawasan perkebunan Sipev yang menyebabkan longsor meluas itu, juga berdampak pada warga Nagori Pamatang Asilum yang berjarak 1,5 kilometer dari longsoran.
"Sekarang kalau hujan rumah kami kebanjiran setinggi satu meter, padahal sebelumnya tidak pernah. Sejak pengorekan parit, aliran air mengarah ke rumah-rumah penduduk," ujar seorang ibu Wagiem. (*)
Pewarta: Waristo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013