Baidoa, Somalia (ANTARA News) - Perdana Menteri Somalia Ali Mohamad Gedi menunjuk kabinet beranggotakan 31 orang, Senin, sebagai upaya untuk memudakan kembali pemerintah yang lumpuh akibat perkelahian di kalangan sendiri (kabinet) dan terancam oleh gerakan Islam yang berpengaruh. Dua-pertiga menteri yang ditunjuk itu merupakan bagian dari kabinet berkekuatan 42 menteri yang dibubarkan pada 7 Agustus oleh Presiden Abdullahi Yusuf, yang menyebutnya tidak efektif dan gembung. Gerakan Islam tidak menanggapi secara terbuka segera pada susunan (kabinet) itu, yang diduga telah diselesaikan sepekan lalu. "Penunjukan kabinet baru itu terserah pemerintah, dan tidak mengkhawatirkan kami," kata jurbicara gerakan Islam, Sheikh Abdirahim Ali Mudey. Pengumuman itu dibuat setelah Gedi berkonsultasi dengan Yusuf, ketua parlemen Sharif Hassan Sheikh Adan, para anggota parlemen dan sesupuh tradisional, kata jurubicara pemerintah Abdirahman Dinari pada konferensi pers di markas sementara pemerintah, Baidoa. Susunan baru itu memenuhi formula pembagian-kekuasaan berdasarkan marga yang ditentukan untuk pemerintah ketika dibentuk pada pembicaraan damai di Kenya 2004. Namun parlemen harus menyetujui kabinet yang lebih kecil itu dan beberapa anggota parlemen mengatakan parlemen mungkin merupakan tantangan terbesar Gedi. Perombakan itu merupakan bagian dari perjanjian yang diperantarai oleh sekutu pemerintah, Ethiopia, setelah Gedi baru saja selamat dari mosi ketidakpercayaan 30 Juli dan menyaksikan separuh anggota kabinet mundur dalam keputusasaan karena keengganannya untuk berunding dengan gerakan Islam.Sejumlah diplomat mengatakan para anggota baru itu tampaknya akan lebih memenuhi syarat untuk bekerja dalam pemerintah, jika tidak dengan gerakan Islam. "Tidak ada sekutu jelas gerakan Islam. Namun sebagian besar orang tampaknya mengira orang-orang baru itu lebih memenuhi syarat," kata seorang diplomat Eropa, yang menolak disebutkan namanya, sepeprti dikutip Reuters. Gerakan Islam muncul Juni sebagai kekuatan politik dan militer baru setelah mengalahkan komandan perang yang didukung-AS serta merebut kekuasaan di Mogadishu dan daerah sekitarnya. Pemerintah dan gerakan Islam sedianya akan melakukan putaran kedua pembicaraan damai yang diperantarai-Liga Arab, tapi pembicaraan itu kembali ditangguhkan pekan lalu setelah gerakan Islam meminta waktu lagi. Banyak diplomat memperkirakan mereka (gerakan Islam) akan menggunakan penangguhan itu untuk memperketat cengkeraman mereka di Somalia dan bersiap bagi kemungkinan bentrokan dengan pemerintah, dan tentara Ethiopia yang berada di negara itu untuk melindungi pemerintah yang tidak memiliki tentara sendiri itu. Pemimpin gerakan Islam, Sheikh Hassan Dahir Aweys, telah menolak pembicaraan dengan pemerintah hingga tentara Ethiopia di Somalia pergi. Addis Ababa membantah secara konsisten akan mengirim tentara ke Somalia, tapi tidak ragu-ragu untuk melakukannya pada masa lalu. Sejumlah warga melaporkan pengamatan baru akan tentara Ethiopia di Baidoa.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006