Pengaruh global lebih dominan dibanding domestik
Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah pada Kamis sore terapresiasi sebesar 59 poin terhadap dolar AS setelah adanya ekspektasi pasar bahwa the Fed (Bank Sentral AS) masih melanjutkan stimulus keuangan AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak menguat sebesar 59 poin menjadi Rp11.546 dibanding posisi sebelumnya, Rabu (13/11) Rp11.605 per dolar AS.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa salah satu pejabat the Fed yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS belum cukup kuat mendorong investor melepas dolar AS sehingga mengangkat mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.

"Pengaruh global lebih dominan dibanding domestik. Wakil Ketua Bank Sentral AS atau Federal Reserve Janet Yellen mengemukakan bahwa pertumbuhan AS belum cukup kuat, sehingga pasar mengekspektasikan the Fed masih akan melanjutkan stimulus keuangannya," kata dia.

Menurut dia, masih berlanjutnya stimulus keuangan AS itu mendorong dana asing masuk (capital inflow) ke dalam negeri sehingga mengangkat rupiah.

Rully juga mengatakan bahwa sentimen domestik cukup mendukung untuk menarik investor asing masuk ke Indonesia.

Ia mengemukakan, sentimen positif dari dalam negeri salah satunya datang dari defisit transaksi berjalan Indonesia pada triwulan III 2013 yang menyusut menjadi 8,4 miliar dolar AS (3,8 persen dari PDB) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,9 miliar dolar AS (4,4 persen dari PDB).

Ia memprediksi, mata uang rupiah pada akhir pekan (Jumat, 15/11) berpeluang menguat bergerak di kisaran Rp11.250-Rp11.500 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp11.546 dibanding sebelumnya (13/11) di posisi Rp11.644 per dolar AS. 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013