Jakarta (ANTARA/JACX)- Kegiatan lintas agama dipercaya dapat meningkatkan semangat perdamaian dan juga literasi generasi Z untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada di masyarakat.

“Salah satu penyebab kasus intoleransi ataupun kasus yang dianggap menodai kerukunan antar agama, karena hilangnya sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan agama yang ada di masyarakat,” ujar Head of Service Quality Monitoring & Improvement HighScope Indonesia Institute, Jossy Soenarjo, di Jakarta, Ahad.

Kondisi tersebut terjadi akibat dari kurangnya pendidikan dan penanaman nilai-nilai toleransi dan menghargai perbedaan yang ditanamkan kepada anak-anak bangsa sejak masa sekolah.

Meski kerap dianggap sepele, banyak persoalan yang terjadi saat ini karena berkurangnya rasa menghargai terhadap sesama, terhadap suatu hal, terhadap semua perbedaan.

“Banyak masalah dapat timbul karena kurangnya pemahaman akan perbedaan yang berakibat pada perkelahian, perpecahan, dan kurangnya toleransi,” kata dia lagi.

Salah satu upaya yang dilakukan yakni melalui kegiatan lintas agama yang bertajuk Peace, Tolerance, Respect (PTR) yang diselenggarakan Sekolah HighScope Indonesia. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan sekolah, yang bertujuan membangun sikap menghormati sesama manusia dan makhluk hidup untuk menciptakan kehidupan yang damai dan berkelanjutan. Adapun tema PTR yang diangkat pada tahun ini adalah “Membangun Sikap Menghormati Sesama Manusia dan Makhluk Hidup untuk Menciptakan Kehidupan yang Damai dan Berkelanjutan”.

Baca juga: MUI: Ramadhan tahun ini tinggalkan kesan kuatnya toleransi beragama

Tema itu dipilih dengan tujuan agar siswa terinspirasi bertindak dengan saling menghormati dalam kehidupannya sehari-hari untuk mempromosikan kedamaian yang berkelanjutan panjang, dan membawa kebaikan bagi seluruh umat beragama dalam masyarakat.

“PTR merupakan satu cara untuk mempromosikan kehidupan madani dengan mengedepankan sikap dan toleransi antar berbagai pemeluk agama serta menghormati berbagai cara yang dilakukan oleh setiap pemeluk agama untuk berkontribusi bagi kemanusiaan,” jelas dia.

Kegiatan PTR diselenggarakan setiap tahunnya pada bulan Ramadhan, yaitu sejak 2004. Meskipun kegiatan ini diselenggarakan pada saat bulan Ramadhan, kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh siswa peserta yang hanya beragama Islam saja, tetapi juga siswa yang beragama lain yaitu Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan Budha. Dalam kegiatan itu, aktivitas siswa secara umum terbagi menjadi dua, yaitu aktivitas yang sesuai dengan latar belakang agama masing-masing siswa dan aktivitas gabungan seluruh siswa tanpa melihat latar belakang agama.

Setelah siswa mengikuti sesi-sesi yang sesuai dengan agama mereka masing-masing, siswa berdiskusi tentang bagaimana keimanan mereka tercermin dalam semua tindakan mereka yang membawa semangat toleransi dan solidaritas dengan sesama.

Baca juga: Gabungan lintas agama di Papua siapkan kegiatan halal bihalal

Pewarta: Tim JACX
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2024