Wellington (ANTARA News) - Puluhan ribu orang Selandia Baru, Senin, berkumpul untuk menguburkan Ratu Maori, salah seorang pemimpin suku asli paling dihormati di negara tersebut, dan merayakan pelantikan putranya sebagai penggantinya. Rumah suku Dame Te Atairangikaahu, yang meninggal akibat gagal ginjal Selasa lalu dalam usia 75 tahun, dipenuhi orang saat orang Maori dari banyak suku, pemimpin politik Pasifik dan Selandia Baru, dan banyak orang lagi dari bermacam suku menghadiri upacara pemakamannya. Sebelum dimulainya upacara pemakaman, putra tertua Dame Te Ata -- Tuheitia Paki -- dilantik sebagai pemimpin ketujuh Gerakan Raja Maori, Reuters melaporkan. Gerakan itu didirikan dan telah berpusat di wilayah Waikato di North Island tengah, tapi pemimpin suku Maori di seluruh Selandia Baru diajak berkonsultasi mengenai penggantian tersebut. Beberapa saat sebelum pelantikan Paki, kerumunan orang ditanya apakah ia layak dilantik sebagai raja. Massa menjawab secara serentak, "Ae (ya)." Dengan mengenakan mantel dari kulit, ia duduk di singgasana kayu berukir di samping peti mayat ibunya. Ucapan belasungkawa dari Ratu Elizabeth dari Inggris, kepala negara tituler Selandia Baru, dan putranya Pangeran Charles dibacakan pada kesempatan itu. "Dame Te Ata mengabdikan hidupnya untuk melayani dengan penuh dedikasi," demikian isi pesan Ratu Inggris tersebut. "Cinta, martabat dan kepemimpinannya akan terus dikenang." Tiga merpati berwarna putih yang melambangkan semangan ratu Maori dilepaskan beberapa saat sebelum peti mayatnya dibawa dengan menggunakan kanu besar, yang membawanya ke hulu Sungai Waikato ke tempat peristirahatan terakhirnya di tempat suci di gunung. Ribuan orang berbaris di kedua sisi sungai untuk menyaksikan perjalanan sejauh 15 kilometer itu. Tarian dan nyanyian spontan untuk menghormati ratu Maori tersebut dikumandangkan saat kanu itu lewat. Peti mayat ratu Maori tersebut dipikul oleh beberapa pejuang bertelanjang dada melewati kerumunan orang yang berduka menuju gunung tempat lima pemimpin sebelumnya telah dikuburkan. Raja Maori tak memiliki undang-undang dasar resmi atau peran legal di Selandia Baru, tapi posisi itu memiliki pretise besar. Sebanyak 100.000 orang memberi peringatan terakhir kepada ratu Maori tersebut selama enam hari ia terbaring di ruang pertemuan utama sukunya di Ngaruawahia, 100 kilometer sebelah selatan Auckland. Selama satu pekan terakhir bendera telah dikibarkan setengah tiang di gedung pemerintah dan semua anggota tim rugby nasional, All Blacks, memakai ikat lengan hitam dan mengheningkan cipta satu menit Sabtu, setelum pertandingan melawan Australia. Gerakan Raja didirikan pada penghujung 1850-an oleh suku Maori di wilayah Waikato sebagai reaksi atas lepasnya lahan ke tangan pemukim Eropa dan untuk berunding dengan pemerintah kolonial saat itu. Suku Maori merupakan 15 persen dari 4,1 juta warga di negara kecil di Pasifik Selatan tersebut. (*)
Copyright © ANTARA 2006