... dan jangan pernah kita mau tertinggal dengan bangsa lain... "
Jakarta (ANTARA News) - Bagaimana jadinya jika seorang jenderal bintang empat --panglima TNI pula-- memainkan diri sendiri dalam opera? Panggung opera itu lalu menjadi pentas bagi Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, bersama bintang-bintang top nasional dalam Opera Kebangsaan, di Gedung Kesenian Jakarta, Senin malam lalu (11/11).
Yang istimewa, Moeldoko memerankan dirinya sendiri sebagai panglima TNI dan di panggung memakai seragam dinas harian hijau-hijau TNI AD, lengkap dengan tongkat komandonya. Jas Merah-nya Bung Karno, alias Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah, menjadi bagian dialog Moeldoko dalam opera bertema "Mari Bung Lebih Indonesia Lagi".
Memangnya keindonesiaan itu sudah berkurang? Mungkin iya, mudah juga ditemukan di mana-mana, paling tidak karena nama-nama bangunan dan pertokoan serta gelaran acara umum yang semuanya memakai bahasa asing; begitu juga jabatan di perusahaan dalam negeri, dan obrolan sehari-hari yang sudah campur-baur.
Butet Kartaredjasa, Marwoto, Eko Kondologit, dan Djadug Ferianto, menjadi teman-temannya berperan di panggung, juga Gubernur Lemhanas, Budi Soepandji. Bloking panggung sederhana dengan latar hitam dan satu bendera Merah Putih berkibar di tiang bendera.
Pusat Penerangan TNI, di Jakarta, Selasa, dalam keterangannya, bertutur, panglimanya itu memainkan peran sebagai inspirator bagi generasi muda nasional agar semakin menguatkan karakter kebangsaan Indonesia terlebih menghadapi tantangan pada masa mendatang.
"Kita sebagai bangsa yang besar harus memiliki optimisme tinggi untuk terus membangun Indonesia dengan baik dan jangan pernah kita mau tertinggal dengan bangsa lain," kata Moeldoko dalam penggal dialognya kepada salah satu pemerannya.
Butet menyaksikan adegan itu dalam kostum baju kerja oranye dan topi pengaman khas pekerja proyek bangunan.
Edo Kondologit juga menyumbang dengan berkostum pakaian dinas harian TNI AD "berpangkat" perwira menengah.
Di depan tiang bendera itu, Moeldoko memberi nasehat kepada para pemuda dan memimpin upacara pengibaran bendera, karena upacara bendera hal paling sederhana untuk mengingat sejarah dan kecintaan pada Tanah Air.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013