Perjanjian itu, yang bertujuan mengakhiri konflik paling serius di Republik Demokratis Kongo (DRC) dalam satu dasawarsa ini, seharusnya ditandatangani di Entebbe pukul 18.00 waktu setempat (pukul 22.00 WIB).
"Masalah yang mengganjal adalah pihak-pihak itu tidak sependapat mengenai apakah mereka menandatangani sebuah perjanjian perdamaian atau sebuah deklarasi," kata Menteri Luar Negeri Uganda Okello Oryem kepada Reuters.
"Mereka menyetujui isinya, namun tidak judulnya. Utusan pemerintah Kongo mengatakan bahwa mereka datang ke sini untuk menandatangani sebuah deklarasi," tambah menteri itu.
Pemberontak M23 mengumumkan gencatan senjata pada 3 November dalam perang melawan militer DRC setelah mereka mengalami pukulan-pukulan.
Pasukan DRC menghalau kelompok pemberontak itu dari seluruh daerah yang mereka kuasai selama pemberontakan 20 bulan di provinsi North Kivu.
M23 didirikan oleh mantan pemberontak Tutsi yang disatukan ke dalam militer Kongo sesuai dengan perjanjian perdamaian 2009.
Dengan mengeluhkan perjanjian itu tidak pernah dilaksanakan sepenuhnya, mereka melakukan pemberontakan pada April 2012 dan berperang dengan mantan rekan kerja mereka.
PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh M23 melakukan kejahatan seperti pemerkosaan dan pembunuhan selama konflik itu, yang telah membuat puluhan ribu orang mengungsi.
Monusco, misi pemelihara perdamaian PBB di Republik Demokratis Kongo (DRC), adalah salah satu pasukan penjaga perdamaian terbesar PBB di dunia yang memiliki lebih dari 17.750 prajurit dan pengamat militer serta 1.400 polisi. Pakistan merupakan penyumbang utama pasukan itu.
Dewan Keamanan PBB pada Maret setuju membentuk sebuah brigade intervensi tambahan yang mencakup lebih dari 2.500 prajurit di DRC timur untuk menghadapi kelompok-kelompok bersenjata seperti M23.
Brigade khusus itu, pasukan pertama yang diberi mandat ofensif, terdiri dari pasukan dari Afrika Selatan, Malawi dan Tanzania, demikian Reuters.
(M014)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013