pemimpin yang ada di Indonesia sekarang ini bukan dengan tekad mengabdi, tetapi mengambil"
Jakarta (ANTARA News) - Peneliti senior Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI Syamsuddin Haris menegaskan menjadi seorang pemimpin adalah panggilan sehingga tidak bisa dibuat sebuah sekolah khusus calon pemimpin.
"Tidak akan pernah bisa dibuat sekolahnya, sekolah calon presiden misalnya, belum tentu juga akan menghasilkan calon yang berkualitas," kata Syamsuddin dalam satu seminar di Jakarta, Senin.
Syamsuddin menjelaskan, karena panggilan, maka sulit mewujudkan atau membentuk calon pemimpin secara khusus dalam satu institusi pendidikan.
Sementara itu Dosen FISIP UIN Dadi Darmadi mengingatkan kembali pada gagasan serupa yang sempat diusung almarhum Jendral Leonardus Benjamin Moerdani.
"Jendral Moerdani sempat mengusung ide serupa, yang mewujud dalam bentuk SMA Taruna Nusantara. SMA itu diharapkan dapat menghasilkan sosok-sosok pemimpin," kata Dadi.
"Akan tetapi, dewasa ini harapan itu tidak mewujud. Yang ada justru pemimpin kita muncul dari partai politik, pondok pesantren dan panggung sinetron," ujarnya mengacu munculnya tren pesohor dunia hiburan yang turun aktif menjadi politisi.
Hal tersebut, lanjut Syamsuddin, kian diperburuk dengan munculnya dilema kepemimpinan Indonesia yang mengalami pergeseran.
"Dilemanya, pemimpin yang ada di Indonesia sekarang ini bukan dengan tekad mengabdi, tetapi mengambil," ujarnya.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013