Magelang (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Budiman mengatakan, helikopter MI-17 buatan Rusia tetap akan digunakan untuk operasional TNI Angkatan Darat kendati terjadi kecelakaan jenis pesawat tersebut di Malinau, Kalimantan Utara.

"Tidak ada evaluasi penggunaan heli MI-17. Pesawat itu tetap bermanfaat bagi kita, hanya mungkin penggunaannya dibatasi bukan untuk daerah yang terjal," katanya usai upacara Wisuda Purnawira Perwira Tinggi TNI Angkatan Darat tahun 2013 di Akademi Militer Magelang, Senin.

Ia membandingkan dengan heli Bell 412 atau Bell 205 yang dinilainya sangat bagus bermanuver di daerah pegunungan dan perbukitan curam, tapi mungkin untuk MI-17 perlu dibatasi dengan tidak untuk manuver di daerah yang sangat terjal.

"Kalau Bell kena down draft hanya seperti mundur tetapi dia tidak goyang," katanya.

Ia mengatakan, TNI AD mempunyai 12 MI-17 yang dibeli pada 2011. "Sayang kalau tidak digunakan, karena masih sangat bermanfaat," katanya.

Ia menuturkan, dilihat dari umurnya, pesawat itu masih baru dan TNI AD merawartnya dengan sangat ketat.

"Sedikit saja ada informasi nakal langsung kami cari dan kami hukum betul kalau ada. Kami sangat ketat karena resikonya nyawa. Pesawatnya baru, ketat dalam perawatan, tetapi masih risiko penugasan, memang medan yang berat," katanya.

Ia mengatakan, berdasarkan laporan sementara tim investigasi heli MI-17 jatuh 10 meter sebelum mendarat di Malinau, Kalimantan Utara.

"Laporan sementara yang disampaikan kepada saya, tetapi ini belum pada kesimpulan, helikopter itu sebetulnya sudah 10 meter sebelum mendarat kemudian tertiup hempasan angin yang cukup kuat sehingga oleng dan tidak seimbang, kemudian baling-baling mengenai pohon terdekat dan berakibat tergulingnya pesawat ke dalam jurang," katanya.

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013