Nanjing (ANTARA) - Kerabat korban Pembantaian Nanjing, beserta para penyintas, keturunan penyintas, dan perwakilan pelajar, pada Rabu (3/4) berkumpul di Balai Peringatan Para Korban Pembantaian Nanjing oleh Tentara Jepang (Memorial Hall of the Victims in Nanjing Massacre by Japanese Invaders) untuk memberikan penghormatan kepada para korban yang meninggal 87 tahun silam.

Hari Kamis (4/4) bertepatan dengan Festival Qingming atau Hari Bersih-Bersih Makam, sebuah festival tradisional China yang menjadi momen bagi warga untuk memberikan penghormatan kepada orang-orang yang telah meninggal dan mendoakan para leluhur.

"Ayah saya masih berusia sembilan tahun saat itu. Perang membuatnya menjadi yatim piatu, dan kenangan menyakitkan itu terus melekat sepanjang hidupnya," kata Chang Xiaomei, yang mendiang ayahnya merupakan penyintas Pembantaian Nanjing, di depan tembok yang bertuliskan nama-nama dari 10.665 korban pembantaian sadis tersebut.

Angka resmi menunjukkan bahwa hanya ada 36 orang penyintas yang masih hidup per awal Maret lalu.

Pembantaian Nanjing terjadi ketika pasukan Jepang menduduki kota di China timur itu pada 13 Desember 1937. Selama enam pekan, sekitar 300.000 warga sipil dan tentara tak bersenjata China tewas dalam peristiwa yang dianggap sebagai salah satu episode paling biadab dalam Perang Dunia II. Terdapat beberapa pandangan berbeda terkait jumlah korban yang tewas.

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024