Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan di tahun politik 2014, seluruh warga penting untuk memberikan partisipasi politiknya namun harus tetap solid.
"Negara ini dibangun dengan toleransi umat beragama dan agama telah memberi warna tersendiri terhadap kesatuan yang kokoh bagi bangsa Indonesia. Dan agama melalui nilai-nilai universalnya telah membawa negara ini kokoh," kata Nasaruddin Umar saat memberi sambutan pada Silaturrahim Nasional (Silatnas) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Jakarta, Senin.
Pada Sulatnas IV itu hadir 231 undangan, sejumlah Kakanwil Kemnterian Agama, dan Pengurus FKUB dari seluruh Indonesia.
Pertemuan dua tahunan itu diisi dengan narasumber Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Dalam Negeri, Kapolri, Jaksa Agung, media massa, dan pimpinan majelis-majelis agama (MUI, PGI, KWI, PHDI, Walubi, dan Matakin.
FKUB dalam Peraturan Bersama Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006, mengemban tugas melakukan dialog dengan pemuka agama, tokoh masyarakat. Menampung aspirasi Ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat. Menyalurkan aspirasi Ormas keagamaan dan masuyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan pertimbangan gubernur/bupati/walikota.
Juga sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan dan pemberdayaan masyarakat. Termasuk memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat (FKUB Kabupaten/kota).
Demikian pentingnya kerukunan sebagai penyangga negara ini. Karena itu, menurut Nasaruddin, agama telah dijadikan pengikat nilai abadi manusia. Kerukunan menjadi komitmen dan perekat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di balik kerukunan itu, agama telah tampil sebagai motivasi dan menjadi energi bagi pergerakan bangsa.
Jadi, menurut Wamenag, sebesar apa pun sekulernya suatu bangsa, sejatinya negara itu membutuhkan energi universal dari nilai agama. Sejarah membuktikan agama tetap dibutuhkan.
Rasulullah Nabi Muhammad SAW pun ketika tampil membangun perdamaian dengan umat lain dilakukan dengan mengedepankan nilai universal pada piagam perdamaian. Bukan membuat undang-undang, tetapi dengan nilai yang bersifat universal justru lebih mudah.
Isi piagam perdamaian yang dibuat Rasulullah itu mudah diterima, karena lebih singkat dan menyentuh semua pihak. Apa pun warna kulit dan etnisnya, tetapi mudah diterima dan dilaksanakan.
Untuk itulah ia mengajak tokoh agama yang hadir pada Silatnas itu untuk melakukan re-Indonesia tentang agama sehingga nilai-nilai yang bertentangan dengan Indonesia bisa segera dieliminir, mengingat pengaruh global tentu saja harus diakui kini demikian kuat.
Ia mengingatkan pula bahwa reformasi - yang kini bergulir - seharusnya pula perlindungan kepada umat harus lebih baik. Warga bangsa perlu kesejukan dan karena itu bahasa agama yang keluar dapat membawa pada keutuhan bangsa. Sebab, Allah sangat memuliakan cucu Adam, apa pun jenis kelamin dan rasnya. Hukumnya wajib bagi umat untuk memuliakan ciptakan Allah itu.
Terkait dengan tahun politik, ia mengatakan, kontribusi dari umat yang positif perlu disalurkan. Rambu-rambu dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang larangan menggunakan simbol agama hendaknya diindahkan. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama mendukung KPU agar rumah ibadah tidak dijadikan sebagai tempat kampanye.
Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013