"Saya menduga saluran air di sisi kiri badan jalan (sisi luar) tidak mencukupi atau tidak mampu untuk menampung limpasan air hujan dari badan jalan," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Korlantas lakukan rekayasa lalu lintas atasi longsor Tol Bocimi
Dia menuturkan faktor kedua adalah terbentuknya aliran air tanah di kaki lereng karena hujan yang cukup lebat. Faktor ini sering muncul, terutama pada lereng kupasan atau lereng timbunan.
Aliran air yang muncul tersebut bisa menyebabkan gangguan pada kaki lereng, sehingga memicu longsoran.
"Dua faktor itu yang perlu dilihat terkait dengan sistem drainase yang ada di badan jalan. Apakah sistem drainase permukaan (selokan) atau drainase bawah permukaan (pipa-pipa pengalir atau gorong-gorong) sudah efektif didesain atau tidak?" kata Adrin.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa perkerasan konstruksi sangat penting, terutama jalan yang berada pada lokasi tanah timbunan. Metode perkerasan menggunakan geotekstil membantu supaya lereng menjadi kuat.
Adrin memandang longsor di Tol Bocimi tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba, karena setiap kejadian selalu ada indikasi awal yang muncul sebelum peristiwa terjadi.
"Saya tidak yakin itu tiba-tiba longsor, pasti ada indikasi retak-retak dulu, karena hujan sudah berlangsung cukup lama. Longsor tidak terjadi mendadak, pasti ada gejala-gejala terlebih dahulu, baik pada perkerasan ataupun lereng," ujarnya.
Pada 3 April 2024, sekitar pukul 20.00 WIB, gerakan tanah atau longsor terjadi di Tol Bocimi (akronim Bogor, Cianjur, dan Sukabumi) KM 64-600 tepatnya di Tol Parungkuda arah Sukabumi, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Baca juga: Lokasi longsor Tol Bocimi masuk zona kerentanan gerakan tanah menengah
Baca juga: Jalan Tol Bocimi GT Parungkuda longsor belum genap setahun diresmikan
Selain itu, ada satu truk dan satu MPV yang mengalami kecelakaan tunggal akibat kaget dan berusaha menghindar ke arah kanan dan menabrak median jalan.
Adrin mengimbau petugas jalan tol untuk melakukan perawatan, pengamatan, dan monitoring pada lokasi-lokasi yang memang disinyalir bisa mengalami longsor. Apalagi, sebentar lagi masuk musim mudik Lebaran dimana volume kendaraan cenderung meningkat.
"Petugas di lapangan harus mengamati apakah ada gejala-gejala longsoran di konstruksi jalan tol, baik di lereng ataupun di timbunan. Saluran drainase dirawat jangan sampai tersumbat, kalau tersumbat air hujan mudah meluap dan mengalir ke lereng (rentan terjadi longsor)," pungkasnya.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024