Wonogiri (ANTARA News) - Direktur Utama Bulog, Widjarnako Puspoyo, mengatakan, stok beras nasional hingga akhir tahun 2006 diperkirakan hanya sekitar 532 ribu ton, dari sekitar satu juta ton standar normalnya.
"Jumlah tersebut sudah termasuk sekitar 222.750 ton cadangan beras milik Pemerintah, itu saja kalau tidak ada bencana-bencana lagi atau tidak ada permintaan operasi pasar," katanya di sela-sela acara Bulog Peduli 2006 dalam rangka memperingati hari Kemerdekaan ke-61 RI, di Wonogiri, Sabtu.
Kalau ada permintaan operasi pasar, menurut dia, maka cadangan beras Pemerintah itulah yang akan digunakan.
Dia mengungkapkan, stok tersebut adalah stok terendah yang pernah dimiliki Bulog dalam sejarah.
Kondisi yang diproyeksikan pada akhir tahun ini akan kurang sekali, hal ini sudah dilaporan kepada Pemerintah. "Terserah bagaimana sikap Pemerintah, karena Pemerintah adalah yang mengambil kebijakan, sedangkan Bulog hanya pelaksana kebijakan," ujarnya.
"Sampai saat ini belum ada permintaan pelaksanaan operasi pasar, walaupun harga sudah naik hingga 12 persen dibanding harga tiga bulan terakhir," katanya.
Selama ini Bulog juga tetap melakukan pengadaan beras dalam negeri semaksimal mungkin agar mencapai prognosa, meskipun prognosa untuk tahun 2006 sudah diturunkan.
Prognosa tahun 2006 diturunkan dari sekitar 2,1 juta ton menjadi sekitar 1,35 juta ton, karena harga saat ini sudah sangat tinggi.
"Beberapa minggu ke depan memasuki bulan puasa, biasanya juga terindikasi terjadi kenaikan harga," katanya.
Selama periode Agustus hingga Desember, Bulog menargetkan sekitar 80 ribu ton pengadaan beras, itupun hanya di beberpa provinsi saja.
"Panen puncak hanya akan terjadi di Sulawasi Selatan, diharapkan mampu menyerap beras sekitar 60 ribu ton," tambahnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006