Mogadishu (ANTARA News) - Serangan bom mobil di luar sebuah hotel populer di Mogadishu, ibu kota Somalia, pada Jumat malam menewaskan sedikitnya enam orang dan membuat daerah itu ternoda darah dan kendaraan yang terbakar, kata seorang pejabat.
Mogadishu sering menjadi sasaran serangan Al-Shabaab sejak kelompok militan itu dihalau dari ibu kota Somalia tersebut oleh pasukan Uni Afrika dua tahun lalu.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan terakhir itu.
Pemboman itu dan serangan-serangan lain dalam beberapa bulan ini yang ditujukan pada kantor PBB, restoran dan sasaran lain menyoroti tantangan yang dihadapi pemerintah Somalia ketika mereka berusaha membangun kembali negara tersebut setelah konflik selama dua dasawarsa.
"Sebuah mobil yang dipasangi bom diparkir di luar hotel itu," kata Farah Aden, seorang polisi senior, kepada Reuters. "Bom mobil ini meledak dan membakar mobil-mobil lain yang juga diparkir di sana."
Sedikitnya enam orang, termasuk empat polisi, tewas dalam ledakan itu, sementara 15 lain cedera, katanya. "Jumlah kematian mungkin meningkat. Sejumlah korban mengalami luka-luka serius."
Bom mobil itu meledak di dekat Hotel Maka, yang terletak di sebuah jalan utama yang melewati Mogadishu.
Empat mobil dan dua sepeda-motor terbakar di lokasi kejadian, kata seorang saksi Reuters. Ia melihat tiga mayat polisi sedang dibawa pergi dan ada sejumlah serpihan tubuh di tempat itu.
Tak lama setelah ledakan itu, sirine ambulan meraung-raung ketika kendaraan itu bergerak ke lokasi kejadian.
Dalam serangan September, gerilyawan Al-Shabaab menggunakan bom mobil dan penyerang bunuh diri, menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai 23 lain.
Al-Shabaab mengejutkan dunia dengan serangan di pusat perbelanjaan di Nairobi, yang dimulai Sabtu siang (21 September), ketika orang-orang bersenjata menyerbu ke dalam kompleks pertokoan itu dengan menembakkan granat dan senjata otomatis serta membuat pengunjung toko yang panik lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.
Kelompok itu menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam ketegangan dengan polisi dan pasukan hingga Selasa (24 September), ketika Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas.
Kenya, yang menjadi tempat tinggal banyak warga Somalia, dilanda gelombang serangan, terutama di Nairobi dan kota pelabuhan Mombasa, serta Garissa, setelah pasukan negara itu memasuki Somalia pada Oktober 2011 untuk menumpas kelompok gerilya garis keras Al-Shabaab, yang mereka tuduh bertanggung jawab atas penculikan dan serangan bom di dalam wilayah Kenya.
Pasukan Kenya menyerang pangkalan-pangkalan Al-Shabaab sejak dua tahun lalu dan kemudian bergabung dengan pasukan Uni Afrika berkekuatan 17.700 orang yang ditempatkan di Somalia.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah Somalia dukungan PBB, demikian Reuters. (Uu.M014)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013