Pemimpin memang harus jujur tapi jujur saja tidak cukup, karena itu pemimpin harus menguasai persoalan,"
Surabaya (ANTARA News) - Mantan Wapres M Jusuf Kalla menilai seorang pemimpin yang jujur itu tidak cukup karena jika tidak menguasai persoalan justru akan mudah dibodohi anak buahnya.
"Pemimpin memang harus jujur tapi jujur saja tidak cukup, karena itu pemimpin harus menguasai persoalan," katanya saat berbicara dalam Dialog Kebangsaan di ACC Universitas Airlangga Surabaya, Jumat.
Di hadapan ratusan mahasiswa Unair Surabaya daklam dialog yang juga menampilkan Ketua DPD RI Irman Gusman itu, ia menegaskan bahwa pemimpin itu juga harus bertindak negarawan.
"Negarawan itu melihat masa depan bangsanya itu tidak cukup dalam 1--2 tahun ke depan, melainkan melihatnya dalam kepentingan jangka panjang dalam satu generasi selama 20--30 tahun," katanya.
Selain itu, pemimpin tidak boleh bergantung kepada negara lain. "Pemimpin itu tidak perlu izin pada negara lain tapi perlu izin dari rakyat karena rakyatlah yang menentukan dia," kata Ketua Umum PMI yang menyempatkan diri berziarah ke makam Sunan Ampel itu.
Tentang ramalan pihak luar bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara maju dalam 20--30 tahun, ia menyatakan ramalan itu tidak ada artinya bila bangsa Indonesia tidak berbuat sejak sekarang.
"Prioritas bangsa ini tidak hanya politik, tapi politik, ekonomi, hukum, pendidikan, dan budaya, jadi semuanya simultan," kata Ketua Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia itu.
Senada dengan itu, Ketua DPD RI Irman Gusman meminta mahasiswa untuk mengawal Pilpres atau Pemilu 2014 agar masa transisi di Indonesia tidak terlalu.
"Masa transisi itu harus dihentikan, karena itu pilihlah pemimpin yang melayani rakyat, jangan terpesona dengan janji, tapi lihatlah buktinya," katanya.
Ia mengharapkan mahasiswa tidak tertipu dengan kondisi ekonomi makro yang baik. "Kondisi makro itu harus dicermati sampai ke bawah, terutama sesuaikan dengan ciri-ciri negara maju," katanya.
Baginya, ciri-ciri negara maju adalah ekspor barang jadi, impor barang mentah, dan posisi ekspor dan impor justru surplus. "Kalau kota kan masih ekspor barang mentah, jadi belum maju," katanya.
Untuk itu, ia menyatakan "pahlawan" bagi Indonesia bukanlah importir yang mendongkrak kemajuan perekonomian secara makro, melainkan peneliti/periset yang memberi nilai tambah sumberdaya alam.
Dalam kesempatan itu, Presiden Asosiasi Pemerintah Provinsi Indonesia Dr Syahrul Yasin Limpo dan Presiden Asosiasi Pemerintah Kabupaten Indonesia Dr Irsan Noor juga memberikan pengalaman praktis.
"Mahasiswa harus mengajak masyarakat untuk tidak keliru memilih pemimpin pada 2014, karena kalau keliru maka kita akan punya banyak persoalan, karena di depan kita ada AFTA," kata Syahrul Y Limpo.
Gubernur Sulawesi Selatan itu menceritakan pengalamannya belajar kepada bangsa Korea dan Jepang. "Pilihlah pemimpin yang mementingkan sumberdaya manusia dan mengutamakan riset agar kita maju," katanya.(*)
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013