Jakarta (ANTARA) - Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Biro Hubungan Masyarakat menggelar kegiatan talkshow Green Ramadan di Lobby Utama Blok 1, Lt. 1, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta (2/4/2023). Green Ramadan ini dimaksudkan untuk berbagi wawasan dan pengetahuan terkait praktik-praktik penyelamatan dan perlindungan lingkungan hidup yang dilakukan oleh para aktivis dan tokoh masyarakat.


KLHK menggelar Green Ramadan sebanyak 2 kali pertemuan pada tanggal 2 dan 4 April 2024. Pada diskusi yang pertama, para narasumber membahas tema, kebersihan Sungai dari timbunan sampah. Sedangkan pada diskusi kedua, akan membahas perilaku ramah lingkungan dalam upaya mitigasi iklim. KLHK mengundang para generasi muda yang tergabung dalam Green Leaders Indonesia dan Green Youth Movement untuk hadir langsung dalam diskusi Green Ramadan ini.


Kepala Biro hubungan Masyarakat KLHK, U. Mamat Rahmat pada kesempatan diskusi Green Ramadan pertama ini mengapresiasi para narasumber serta para peserta yang hadir secara langsung di Gedung Manggala Wanabakti. Dalam sambutannya, Mamat mengharapkan, melalui Green Ramadan kali ini para peserta dari generasi muda dapat memperoleh informasi, pengetahuan, pemahaman serta pengalaman dari para narasumber yang akan menjadi bekal untuk mengelola alam menjadi lebih baik lagi.


Hadir sebagai narasumber, Ketua Kelompok Kerja Bank Sampah pada Direktorat Pengurangan Sampah, KLHK, Ana Suryana dan Aktivis lingkungan peduli sungai Ciliwung, Suparno Jumar dari River Defender.


Ana Suryana menerangkan bahwa terdapat sungai-sungai di Indonesia yang masuk dalam kategori tercemar sedang. Dirinya menceritakan bahwa pihaknya pada bulan Januari lalu melaksanakan aksi bersih sampah di salah satu sungai, namun tidak lama kemudian sungai tersebut tercemari oleh sampah kembali.


"Bukan hal yang instan kita untuk membenahi sungai, perlu ada edukasi, penyadaran dan itu harus berkelanjutan," terang Ana.


Ana menginformasikan, kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah, limbah dan bahan beracun berbahaya telah tertuang dalam berbagai peraturan mulai dari Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, kemudian peraturan-peraturan turunannya, hingga kebijakan strategis nasional dan daerah terkait pengurangan dan penanganan sampah.


"Peraturannya sudah komplit, sudah komperehensif. Namun, tantangannya adalah bagaimana mengimplementasikannya," ucap Ana.


Kemudian, Suparno Jumar berbagi pengalaman dirinya dan anggota komunitas peduli sungai Ciliwung yang sejak tahun 2009 telah aktif melakukan kegiatan bersih sungai ciliwung di beberapa titik. Suparno pada awalnya melakukan aktivitas memancing di sungai Ciliwung, namun mata kailnya sering sekali menyangkut sampah yang ada di dalam air.


"ini apa sih, kok bukan ikan yang ada di mata kail tapi ternyata sampah," kisah Suparno. Sejak saat itulah dirinya bersama rekan-rekannya melakukan upaya pembersihan yang dapat dilakukan.


Suparno mengungkapkan pihaknya melakukan upaya-upaya bersih sampah di sungai Ciliwung setiap akhir pekan ketika libur. Selain upaya terjun langsung ke sungai, Suparno juga melakukan upaya komunikasi dengan para pemangku kepentingan di tingkat pemerintah daerah yaitu Walikota Bogor dan aparat keamanan TNI POLRI, serta pihak-pihak lainnya.


"Akhirnya pada tahun 2018, Walikota Bogor Bima Arya bersepakat atas masukan komunitas peduli Ciliwung dan beliau memberikan perhatian serius terhadap sungai Ciliwung," ungkap Suparno.


"Sejak Oktober tahun 2018 setelah diterbitkannya SK hingga saat ini, teman-teman komunitas sebagian ada dalam Satgas Naturalisasi Ciliwung," imbuh Suparno.


Ketika ditanya bagaimana generasi muda yang ingin bergabung dalam komunitas, Suparno memberikan jawaban bahwa setiap kegiatan yang akan dilakukan diinformasikan kepada masyarakat melalui media sosial. Dirinya juga menyatakan apabila tidak dapat turut serta turun langsung dalam kegiatan komunitas, masyarakat dapat berperan aktif dalam mencegah timbulnya sampah ke sungai dengan mengelola dan memilah sampah rumah tangga.


"Komunitas peduli Ciliwung dari hulu ke hilir itu ada, mulai dari kawasan Puncak, Kota Bogor, Cilebut, Bojonggede, bahkan sampai di Jakarta itu ada. Ketika memang tidak bisa bergabung, teman-teman bisa melakukan upaya yang sama dari rumah masing-masing dengan memilah sampah," terang Suparno.


Pada akhir sesi diskusi Green Ramadan ini, Suparno memberikan pernyataan bahwa pihaknya akan terus berikhtiar dan tekun melakukan berbagai kegiatan agar dapat tercipta sungai yang bersih. Ana juga mengajak semua pihak untuk melakukan aksi bijak mengelola sampah dengan upaya memilahnya sejak dari rumah.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2024