Jakarta (ANTARA) - Wali Kota Jakarta Selatan Munjirin meminta kepada jajarannya agar pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dua kali seminggu karena kasus demam berdarah dengue (DBD) terus meningkat, bahkan ada kematian.

"Saya minta para camat dan lurah yang punya kader jumantik (juru pemantau jentik) agar kadernya untuk lebih teliti lagi memeriksa jentik pada bulan-bulan ini," kata Munjirin di Jakarta, Selasa.

Munjirin mengatakan bahwa PSN perlu ditingkatkan dari sebelumnya hanya satu kali dalam seminggu, pada bulan ini harus menjadi dua kali, karena kasus DBD sedang tinggi.

Selain itu, kata Munjirin, yang terpenting untuk ditekankan adalah jumantik mandiri, jumantik setiap jalan ke rumah-rumah, selain memeriksa, juga dapat mengedukasi masyarakat.

"Kami minta karena ini tinggi kasus demam berdarah, maka waktu pemeriksaan pada hari Jumat bisa ditambahkan hari lain, jadi seminggu dua kali," tuturnya.

Baca juga: Kasus DBD Jakarta Selatan terbanyak di DKI
Baca juga: DBD, sudah ada korban meninggal dunia di Jakarta Selatan

Wali kota Jakarta Selatan juga memberikan plakat untuk kecamatan dengan kasus DBD terendah (plakat hijau) dan kasus DBD tertinggi (plakat merah). Untuk wilayah kecamatan yang warganya ada yang meninggal karena kasus DBD maka mendapatkan bendera hitam.

Untuk plakat hijau diraih oleh Kecamatan Tebet, plakat merah diraih oleh Kecamatan Setiabudi dan bendera hitam diraih oleh Kecamatan Kebayoran Lama.

Sebelumnya, Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Selatan, menyatakan bahwa telah ada seseorang meninggal dunia akibat DBD di wilayah itu.

"Ada kasus kematian akibat DBD di Kebayoran Lama pada minggu lalu. Jadi, ada satu orang yang meninggal ketika di puskesmas," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Selatan Yudi Dimyati.

Menurut dia, data terakhir yaitu pada 26 Maret 2024 menunjukkan kasus DBD di Jakarta Selatan, mencapai 288 kasus dari 10 kecamatan di daerah itu.

Untuk kasus kematian yang ditemukan terjadi di Kecamatan Kebayoran Lama, pasien datang ke Puskesmas sudah mengalami koma dan tiga jam kemudian meninggal dunia.

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024