"Kami berharap pemerintah mau merujuk ke negara-negara yang telah berhasil mengoptimalkan produk tembakau alternatif sebagai salah satu langkah menekan prevalensi merokok dan penyakit yang disebabkan karena kebiasaan merokok," kata Ketua Arvindo Fachmi Kurnia Firmansyah di Jakarta, Senin.
Pihaknya memandang prevalensi merokok adalah masalah global yang harus segera diselesaikan dengan berbagai ragam solusi inovatif untuk menciptakan perbaikan kualitas kesehatan publik.
Baca juga: Perlunya strategi komunikasi tersegmentasi untuk kurangi angka perokok
Riset Universitas Bern berjudul “Electronic Nicotine-Delivery Systems for Smoking Cessation” yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada Februari 2024 mengungkapkan pemanfaatan tembakau alternatif meningkatkan keberhasilan berhenti merokok sebesar 21 persen.
Pada kelompok yang menggunakan produk tembakau alternatif, tingkat keberhasilan berhenti merokok mencapai 53 persen. Adapun tingkat keberhasilan berhenti merokok di kelompok yang tidak memaksimalkan produk tembakau alternatif sekitar 32 persen.
Baca juga: Ini persepsi terhadap rokok elektrik
Berdasarkan laporan Office for National Statistic (ONS), proporsi perokok di Inggris pada tahun 2022 adalah 12,9 persen atau setara 6,4 juta orang. Angka tersebut turun jika dibandingkan tahun 2021 yang sekitar 13,3 persen atau setara 6,6 juta orang.
Adapun Swedia menjadi negara bebas asap rokok pertama di Eropa dengan prevalensi merokok 5,16 persen. Padahal angka prevalensi merokok di negara itu masih menyentuh 11 persen pada tahun 2015.
Baca juga: Kenapa tembakau alternatif disebut lebih rendah risiko?
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024