Dalam penelitian ini rata-rata melibatkan orang berusia 60 tahun, dimana sebagian besar dari mereka telah menyumbat arteri jantung, tekanan darah tinggi, diabetes dan masalah kesehatan lainnya.
Jadi, menurut para peneliti, apakah kemudian penelitian ini penting bagi pria muda yang sehat yang menggunakan testosteron.
"Hal ini menimbulkan pertanyaan, ketika pasien dan dokter berpikir untuk memulai terapi testosteron, potensi resiko ini harus disikusikan," kata Dr Michael P. Ho.
Dr Michael P. Ho bekerja pada sebuah studi di Timur Colorado, Health Care System VA di Denver.
Testosteron pada dasarnya dianjurkan bagi pria yang terlalu sedikit memproduksi hormon sendiri, suatu kondisi yang disebut hipogonadisme. Bagi kaum pria, testosteron dapat meningkatkan kekuatan dan fungsi seksual.
Namun iklan dari produk testosteron telah mencapai sebagian besar pria yang lelah atau tertekan, tetapi tidak memiliki tingkat testosteron ysng rendah secara klinis.
Salah satu studi menemukan, proporsi pria Amerika Serikat paruh baya mendapatkan pengobatan testosteron lebih dari tiga kali lipat selama dekade terakhir. Tidak semua dari mereka menjalani tes darah untuk melihat apakah mereka benar-benar membutuhkan pengobatan testosteron ini.
Menurut Ho dan rekan-rekannya, risiko jangka panjang penggunaan terapi testosteron masih belum diketahui, Beberapa studi menunjukkan bahwa haltersebut dapat semakin memperburuk sleep apnea atau kanker prostat, seperti dilansir Reuters.
Para peneliti mengumpulkan informasi sekitar 8.700 pria yang ditemukan di rumah sakit Veterans Affairs yang memiliki tingkat testosteron rendah. Masing-masing pria menjalani tes untuk memeriksa penumpukan plak di arteri jantung di antara tahun 2005 dan 2011.
Setelah tes, peneliti menggunakan hasil tes tersebut untuk menilai kesehatan awal jantung - satu dari tujuh laki-laki mulai menggunakan gel testosteron, patch atau suntikan.
Dalam tiga tahun setelah tes jantung , 20 persen pria yang tidak mulai menggunakan testosteron mengalami serangan jantung atau stroke atau meninggal. Hal ini dibandingkan dengan 26 persen dari pria yang sudah mulai menggunakan testosteron.
Ketika para peneliti memperhitungkan tingkat penyumbatan arteri awal pada laki-laki, mereka menghitung bahwa penggunaan testosteron memiliki risiko 29 persen lebih tinggi serangan jantung, stroke atau kematian.
Perbedaan-perbedaan itu bukan karena variasi tekanan darah atau kolesterol atau penggunaan obat jantung antara testosteron dan kelompok-kelompok non - testosteron .
Para peneliti menulis dalam Journal of American Medical Association, menyatakan bahwa pria yang mulai menggunakan testosteron awalnya memiliki masalah kesehatan lebih sedikit daripada mereka yang tidak.
Temuan bahwa mereka akhirnya memiliki lebih banyak masalah kardiovaskular " mungkin memang ada sesuatu yang terjadi dengan kelompok itu, " kata Dr Anne R. Cappola Reuters Health .(*)
Pewarta: Yakob Arfin T Sasongko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013