Sentimen di pasar keuangan global tidak ada kepastian, sehingga cenderung menekan mata uang rupiah,"

Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah Rabu sore kembali mengalami pelemahan sebesar 83 poin terhadap dolar AS didorong belum adanya kepastian pengurangan stimulus keuangan bank sentral AS (the Fed).

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah 83 poin menjadi Rp11.423 dibanding posisi sebelumnya (4/11) Rp11.340 per dolar AS.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa belum adanya kepastian mengenai pengurangan (tapering-off) stimulus keuangan the Fed masih menjadi sentimen negatif bagi mata uang domestik.

"Sentimen di pasar keuangan global tidak ada kepastian, sehingga cenderung menekan mata uang rupiah," ujarnya.

Dari dalam negeri, lanjut Rully, melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2013 menjadi salah satu pendorong nilai tukar domestik tertekan terhadap dolar AS.

"Tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,62 persen "year on year" pada kuartal III melambat atau lebih rendah dari angka triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,81 persen," katanya.

Namun, lanjut dia, pelemahan pertumbuhan itu sebenarnya sudah diekspektasikan oleh pelaku pasar. Perlambatan itu terjadi dikarenakan adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan berdampak pada inflasi sehingga menaikan tingkat suku bunga acuan (BI rate).

Rully mengharapkan bahwa pada kuartal IV 2013 mendatang pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan perbaikan sehingga mendorong mata uang domestik kembali ke area positif.

Ia memperkirakan, pergerakan nilai tukar rupiah pada besok (Kamis, 7/11) bergerak di kisaran Rp11.250--Rp11.550 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp11.414 dibanding sebelumnya (6/11) di posisi Rp11.389 per dolar AS.

(KR-ZMF/S004)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013