Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan memperkirakan besaran inflasi pada tahun 2013 mencapai 8,5 persen meskipun pada akhir tahun akan ada tekanan saat menyambut perayaan Natal dan Tahun Baru.
"Kami cukup optimis inflasi 2013 bisa berada pada kisaran 8,5 persen, meskipun ada tekanan sedikit pada bulan Desember nanti," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Bayu mengatakan, dengan inflasi pada Oktober 2013 lalu sebesar 0,09 persen, diharapkan mampu mengurangi tekanan terhadap inflasi untuk akumulasi selama satu tahun di 2013.
"Inflasi tahunan sebesar 8,5 persen bukan angka yang jelek mengingat banyak tekanan yang terjadi, beberapa diantaranya adalah naiknya harga bahan bakar minyak dan juga kurs rupiah," ujar Bayu.
Selain itu, lanjut Bayu, untuk beberapa jenis bahan makanan yang beberapa waktu mengalami fluktuasi, pada Oktober lalu tercatat deflasi sebesar 0,62 persen, namun untuk beberapa komoditas seperti makanan minuman jadi, rokok dan tembakau mengalami kenaikan 0,55 persen.
Menurut Bayu, kenaikan tersebut disebabkan oleh adanya beberapa faktor seperti bahan makanan dan minuman baru mengalami kenaikan harga setelah menggunakan bahan baku baru setelah adanya kenaikan harga.
"Selain itu juga strategi pedagang yang pada bulan Ramadhan lalu berusaha menjaga kenaikan harga, dan baru disesuaikan setelah melewati bulan September," kata Bayu.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Oktober 2013 sebesar 0,09 persen (month to month), relatif rendah bila dibandingkan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.
"Inflasi Oktober 2013 ini relatif lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya. Pada 2008 inflasi Oktober sebesar 0,45 persen, 2009 sebesar 0,19 persen, 2010 sebesar 0,06 persen, 2011 sebesar 0,12 persen, dan 2012 sebesar 0,16 persen," kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Senin.
Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Oktober) 2013 sebesar 7,66 persen dan tingkat inflasi "year on year" sebesar 8,32 persen.
Berdasarkan data, untuk kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi 0,55 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,26 persen, kelompok kesehatan 0,33 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,31 persen, serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,53 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yakni kelompok bahan makanan 0,62 persen dan kelompok sandang 0,56 persen.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013