Samarinda (ANTARA News) - Dua kelurahan di Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, terisolir akibat jalan utama menuju daerah itu ambles.
Salah seorang tokoh masyarakat di Kecamatan Sangasanga, Alung, mengatakan, jalan sepanjang lebih 100 meter itu ambles sejak Senin (4/11) malam sekitar pukul 19. 00 Wita.
"Jalan utama yang menghubungkan ibu kota kecamatan dengan dua kelurahan itu ambles sejak tadi malam (Senin) sehingga sekitar 6.000 warga di Kelurahan Sari Jaya dan Muara, terisolir. Awalnya, jalan yang ambles hanya sekitar 50 meter namun terus meluas dan sampai saat ini sudah mencapai 100 meter," ungkap Alung, dihubungi dari Samarinda, Selasa.
Jalan ambles tersebut, kata Alung, juga merobohkan empat tiang listrik sehingga pasokan energi di dua kelurahan yang terisolir, termasuk di pusat kota Kecamatan Sangasanga tersebut terputus.
"Jalan tersebut ambles akibat tergerus oleh air dari sungai yang meluap ke kolam bekas tambang batu bara milik PT AE. Lokasi lubang bekas tambang itu hanya berjarak kurang dari 50 meter dari badan jalan dan selama ini menyebabkan abrasi sehingga memicu terjadinya longsor," katanya.
"Sejak Senin malam sampai sekarang, aliran listrik terputus akibat empat tiang listrik roboh. Belum lagi besok (Rabu) aktivitas sekolah jelas akan terganggu sebab jalan yang ambles itu merupakan satu-satunya akses menuju ibu kota kecamatan," katanya.
Warga, kata Alung, sangat menyayangkan lemahnya pengawasan dari Dinas Pertambangan dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Kartanegara terhadap aktivitas tambang batu bara di Kecamatan Sangasanga yang menyebebkan rusaknya lingkungan dan terjadinya longsor tersebut.
"Saya berani bersaksi, banyaknya aktivitas tambang yang merusak lingkungan di Sangasanga," ungkap Alung.
Tokoh masyarakat lainnya, Iriyanto, juga menyayangkan terjadinya longsor badan jalan yang menyebabkan dua kelurahan terisolir.
Bahkan, longsor tersebut juga menyebabkan terjadinya tumpahan minyak mentah ke sungai.
"Saya tidak tahu pasti jumlah warga yang berada di dua kelurahan itu, tetapi di Kelurahan Sri Jaya terdapat sembilan RT dan Kelurahan Muara ada 10 RT. Tentu, terputusnya jalan penghubung dengan ibu kota kecamatan itu membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat, baik pendidikan maupun ekonomi," katanya.
Iriyanto juga mempertanyakan sikap Pertamina yang terkesan membiarkan adanya aktivitas tambang batu bara di Wilayah Kerja Pertamina (WKP) tersebut.
"Kami sangat menyayangkan mengapa Pertamina tidak melakukan verifikasi surat izin tambang itu padahal aktivitas pertambangan tersebut berada di sekitar WKP yang merupakan kawasan vital mereka," katanya.
"Longsor badan jalan ini sudah kami prediksi dan empat bulan lalu kami sudah melakukan pertemuan di Kantor Pertamina tetapi sepertinya tidak ada tindak lanjut hingga akhirnya sekarang menimbulkan masalah," ungkap Iriyanto.
Amblesnya jalan itu juga menurut Iriyanto disebabkan tergerusnya badan jalan oleh tekanan air sungai yang masuk ke kolam bekas tambang.
"Memang, ada tumpahan minyak mentah dari pipa yang kemungkinan patah akibat longsor tersebut. Itu sudah diantisipasi oleh pihak Pertamina tetapi dampak dari amblesnya jalan tersebut efeknya kemungkinan akan menimbulkan reaksi masyarakat di dua kelurahan itu," tambahnya.
(A053/T007)
Pewarta: Amirullah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013