Sabang (ANTARA News) - Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo menyatakan, keberadaan Sabang sebagai etalase atau pintu terdepan wilayah Indonesia harus dikembalikan seperti yang pernah dialami pada zaman kolonial Belanda.

"Mari kita semua bersatu untuk membesarkan dan memajukan Sabang, dan jadikan Sabang kembali seperti dulu pernah berjaya sebagai pelabuhan terbesar di Asia Tenggara," kata Roy Suryo pada acara "Merajut Indonesia" di Sabang, Provinsi Aceh, Selasa.

Merajut Indonesia merupakan program Kemenpora yang khusus dirancang untuk membangkitkan kembali kesadaran generasi muda terhadap nilai-nilai kebangsaan dan cinta Tanah Air.

Program "Merajut Indonesia" di Sabang dipusatkan di tugu Titik Nol Kilometer yang merupakan titik paling barat wilayah NKRI yang ditandai dengan penancapan 1.000 bendera Merah Putih oleh anggota Pramuka yang berasal dari berbagai daerah di Aceh.

Roy Suryo yang didampingi Wali Kota Sabang Zulkifli Adam juga menegaskan agar semua pihak tidak lagi menggunakan istilah "daerah terluar" untuk wilayah atau pulau yang sebenarnya berada di baris depan seperti Sabang (barat), Miangas (utara), Pulau Rote (selatan) dan Merauke (timur).

"Justru daerah-daerah itulah yang menjadi etalase dan pintu masuk, bukan sebaliknya daerah terluar," katanya.

Sementara itu Sekretaris Panitia "Merajut Indonesia" Chandra Bakti mengatakan, setelah Sabang, program terrsebut akan berakhir di Merauke pada awal Desember mendatang.

Kegiatan Merajut Indonesia di Sabang juga disemarakkan dengan perkemahan pemuda yang diikuti ratusan pramuka penegak dan perwakilan ormas pemuda, pentas seni kreativitas pemuda di Sabang Fair, lomba olahraga antar-satuan pendidikan, tes kebugaran jasmani, serta bersih pantai yang merupakan wujud kepedulian pemuda terhadap lingkungan.

"Untuk tahun depan, Kemenpora juga akan meluncurkan Program Lintas Khatuliswa", diawali dari Bonjol di Sumatera Barat", kata Chandra yang juga menjabat sebagai Asisten Deputi Bidang Penghargaan dan Promosi Kemenpora itu. (a032/Z002)

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013