Wasior (ANTARA) - Matahari pagi bersinar terang di Kota Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Di samping gereja berjejer kemah beragam bentuk yang dilengkapi ornamen dan dekorasi bernuansa Kristiani. Setiap kemah memiliki nama yang unik antara lain Golgota, Kapernaum, Getzemani, Eden juga Ottow dan Geisller.

Persis di sebelah tempat berjejer rumah tenda itu tampak puluhan anak dan remaja antusias bernyanyi dan berjoget bersama. Sesekali mereka melompat kemudian memutarbalikkan badan mengikuti panduan dari beberapa perempuan yang berdiri di bagian depan. Terkadang mereka bertepuk tangan dan tertawa bersama dalam suasana penuh keceriaan.

Mereka adalah anak-anak sekolah minggu yang juga bagian dari Persekutuan Anak dan Remaja (PAR) Jemaat Gereja Kristen Injili (GKI) Gunung Sion, Iriati, Distrik Wasior, Teluk Wondama.

Penyelenggaraan kemah dalam rangka memperingati Hari Raya Paskah merupakan upaya untuk membentuk karakter dan keimanan generasi muda sejak usia dini.

“Saya senang mengikuti kemah karena bisa berkumpul bersama teman-teman dan keluarga untuk merayakan Paskah. Ada lomba-lomba yang dilakukan di sini," ujar Gianina Payai, salah seorang anak sekolah minggu.

Kemah Paskah Jemaat GKI Gunung Sion Iriati berlangsung dari Jumat-Senin (29 Maret-1 April 2024). Pesertanya tidak hanya anak dan remaja tetapi juga melibatkan seluruh warga jemaat setempat.

Ketua Tim Camping Paskah 2024 Beni Palapessy menuturkan, kegiatan itu sengaja melibatkan semua unsur dalam Jemaat Gunung Sion Iriati. Jemaat tersebut resmi berdiri pada 2017 yang terbagi dalam empat rayon dan memiliki sembilan komunitas kecil yang diberi nama Kelompok Sel Pemuridan (KSP).

Pelibatan semua unsur dalam jemaat dilakukan untuk membangun kebersamaan dan solidaritas di antara warga jemaat Gunung Sion Iriati yang berasal dari latar belakang suku, etnis dan budaya serta kebiasaan yang berbeda-beda.

“Ini kita buat untuk bagaimana membangun kebersamaan kita. Melalui kegiatan ini bagaimana kita bersama-sama menghayati penderitaan Yesus 2000 tahun yang lalu dan kita mengamalkan itu dalam kebersamaan,“ kata Benni.

Selaras dengan hal tersebut, Ketua Majelis Jemaat Gunung Sion Iriati Pendeta Maya Teupeyori menjelaskan bahwa Camping Paskah sudah menjadi agenda rutin yang selalu digelar setiap perayaan Paskah dengan pesertanya adalah anak-anak dan remaja.

Namun, pada tahun ini menjadi pertama kalinya melibatkan warga jemaat dari berbagai unsur. “Ini adalah titik awal meningkatkan persekutuan antara warga jemaat yang awalnya mungkin renggang, sekarang ini sudah terbangun," ujar Pendeta Maya.

Keikutsertaan semua unsur dalam Camping Paskah untuk mengenang dan menghayati kisah sengsara, wafat hingga kebangkitan Yesus Kristus, akan berdampak positif terhadap kehidupan sosial bermasyarakat.

Momentum camping Paskah diharapkan semakin memperkokoh persekutuan yang rukun sebagaimana diamanatkan Tuhan Yesus dalam Tri Panggilan Gereja yaitu bersekutu, bersaksi dan melayani.

“Kebersamaan menghayati kesengsaraan Yesus sampai pada kebangkitan-Nya itu bukan hanya rutinitas belaka tapi kami berharap nanti akan terbentuk persekutuan yang kuat," jelas Pendeta Maya.

Pendeta Maya juga berharap semangat kebersamaan yang terjalin dalam kegiatan Camping Paskah bisa terus terjaga sehingga bisa berdampak pada semakin meningkatnya spiritualitas jemaat.

Jemaat ini berasal dari berbagai latar belakang suku, etnis yang berbeda sehingga bagaimana dalam perbedaan ini bisa disatukan dalam kasih Kristus.

Khusus bagi anak-anak dan remaja, Camping Paskah tahun 2024 lebih difokuskan pada penghayatan terhadap jejak-jejak penderitaan Yesus Kristus yang menanggung dosa umat manusia.

Dengan demikian, dalam pertumbuhan mereka sampai dewasa mereka mengenal identitas diri mereka sebagai orang Kristen, mengenal ciri Kristus dalam kehidupan mereka dan siap menderita dan mati untuk Kristus, sehingga saat dewasa mereka punya iman sudah kuat dan setia mengikuti Kristus.

Salah seorang warga jemaat Harun Sallu mengaku merasakan ada semangat kebersamaan dan persaudaraan yang terbangun di antara warga jemaat selama mengikuti Camping Paskah.

“Kegiatan ini sangat baik terutama menjalin hubungan keakraban di antara jemaat terutama dalam KSP. Awalnya kita tidak pernah duduk bersama, setelah ada camping ini kita masak, makan, kita berkumpul, satu rasa satu dengan yang lain," ucapnya.

Harun dan juga peserta lain juga mengaku merasakan sukacita dan kedamaian selama berkumpul bersama sesama warga jemaat dalam kegiatan Camping Paskah untuk menyambut dan merayakan Paskah. Nilai-nilai seperti itu yang menurutnya harus terus dipertahankan.

“Kita menjalaninya dengan sukacita dan harapannya bisa berkelanjutan terus di tahun-tahun mendatang dengan pengaturan yang lebih baik lagi,“ kata Harun.

Jemaat GKI Gunung Sion, Iriati, Distrik Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, menginisiasi kemah Paskah 2024 selama empat hari. (ANTARA/Fransiskus Salu Weking)

Dalam Camping Paskah yang berlangsung selama empat hari, para peserta mengikuti beragam kegiatan seperti merangkai bunga dengan tema Paskah, lomba cerdas cermat Alkitab (CCA) anak-anak dan pasangan suami istri, lomba menyanyi lagu rohani bagi pasangan suami istri dan lintas alam serta aneka permainan lainnya.

Para peserta mengaku senang mengikuti Camping Paskah kali ini karena ada banyak permainan yang menyenangkan. “Saya senang karena bisa mengikuti lomba yang dikasih sama kaka pengasuh dan ibu pendeta. Saya senang dengan permainan jalan keliling, kami disuruh jongkok dan lompat-lompat untuk mengenang sengsara Tuhan Yesus," ujar Anugerah Juliner Tandibelo, seorang siswa kelas IV SD.

Sarana rohani

Camping Paskah yang diikuti oleh berbagai kalangan tersebut diharapkan menjadi sarana rohani terutama bagi anak-anak dan remaja Kristen untuk bisa menemukan kebenaran sejati dalam diri Yesus Kristus yang rela mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus dosa umat manusia.

Hal itu sejalan dengan Tema Paskah tahun ini yaitu ‘Hidup Sebagai Alat Kebenaran-Nya'. “Sehingga mereka bertumbuh dan merasakan pengorbanan Yesus di Salib dan kebangkitan-Nya mengalahkan kegelapan. Harapannya akan terbentuk ciri tersendiri dalam kehidupan anak-anak Kristen yakni hidup dalam kesetiaan, ketaatan dan juga dalam kebenaran bersama Kristus," pesan Ketua Majelis Jemaat Gunung Sion Iriati, Pendeta Maya Teupeyori.

Seperti diketahui, Jemaat GKI Gunung Sion Iriati terbentuk pascabencana banjir bandang Wasior pada 2010. Umat dari gereja ini mayoritas merupakan eks korban banjir bandang Wasior yang direlokasi ke kompleks hunian tetap (huntap) III di Iriati.

Untuk memudahkan peribadatan, warga GKI di huntap III Iriati bersepakat membentuk Pos PI (Pos Pekabaran Injil) - semacam gereja mini untuk tempat pelayanan rohani pada 2015.

Pos PI Gunung Sion kemudian ditingkatkan statusnya menjadi jemaat mandiri dalam rapat kerja (raker) Klasis GKI Wondama pada 25 Juni 2017.

Kini, setelah 7 tahun berdiri menjadi gereja mandiri, Jemaat GKI Gunung Sion Iriati terus berkembang dan saat ini memiliki umat sebanyak 70 lebih kepala keluarga (KK) dengan jumlah jiwa mencapai 700-an orang.

“Melalui kebersamaan, kami gotong royong membangun gedung gereja sendiri (sejak 2017), dan rasa kebersamaan itulah yang ingin terus kami pupuk sampai sekarang ini,“ kata Ketua Tim Camping Paskah 2024, Beni Palapessy, menambahkan.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024