"DBD sedang meningkat kasusnya, tercatat hingga 26 Maret 2024, dimana Jakbar dengan jumlah kasus mencapai 716 kasus dan yang tertinggi di DKI Jakarta," kata Ketua Rekan Indonesia Jakarta Barat (Jakbar) Hendra dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Dia menyarankan wali kota perlu segera mengoordinasikan seluruh jajaran, termasuk asisten pemerintahan dan kesra, asisten administrasi umum, kepala Suku Dinas Kesehatan beserta jajarannya, camat dan lurah untuk bergerak bersama-sama menanggulangi tingginya angka demam berdarah.
Hendra mengungkapkan salah satu faktor penyebab tingginya angka DBD di Jakbar karena banyak perumahan mewah dan perkantoran elite yang tak tersentuh untuk diperiksa jentik nyamuknya.
Baca juga: Praktisi sebut jus jambu biji dapat bantu pulihkan DBD
Menurut dia, potensi jentik di perumahan mewah itu lumayan besar. Warga di perumahan tersebut umumnya memiliki jambangan bunga di pelarangannya, akuarium, dispenser, kolam ikan dan kolam renang.
Hendra mengungkapkan, kesulitannya adalah izin yang ketat dan cenderung menolak jika akan diperiksa jentik nyamuknya sehingga butuh peran wali kota agar perumahan mewah dan perkantoran elite bisa diperiksa jentik nyamuknya.
"Wali kota harus pro aktif, jangan pasif, butuh terobosan dalam menyempurnakan PSN di Jakbar" ujarnya.
Hendra mengingatkan kepada wali kota Jakbar untuk mengeluarkan imbauan kepada warga di perumahan mewah dan perkantoran elite untuk bisa menjadi jumantik mandiri.
Baca juga: Dinkes DKI belum sebar nyamuk Wolbachia di Jakbar
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan bahwa penyumbang kasus demam berdarah dengue (DBD) terbanyak dari data terakhir, yaitu Jakarta Barat, dengan total kasus mencapai 716 disusul Jakarta Selatan.
"Sebenarnya DBD itu kasus endemi, setiap tahun ada kasusnya dengan pola yang relatif sama," kata Ani di Jakarta, Kamis (28/3), saat menggelar PSN 3M di Kelurahan Cipete Utara.
Menurut dia, sebenarnya dari lima kota dan satu kabupaten yang masuk DKI Jakarta rerata kasus DBD meningkat, baik itu di Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat maupun Kepulauan Seribu.
Akan tetapi, kata Ani, daerah yang paling banyak penyebaran kasus DBD hingga 26 Maret 2024, yaitu Jakarta Barat dengan jumlah kasus mencapai 716. Disusul Jakarta Selatan (576), Jakarta Timur (562), Jakarta Utara (262), Jakarta Pusat (172) dan Kepulauan Seribu (18).
Baca juga: Jakarta Barat kini jadi penyumbang tertinggi DBD di DKI Jakarta
Pewarta: Fauzi
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024