Nairobi (ANTARA) - Jumlah orang yang mengalami kerawanan pangan dan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan di Tanduk Besar Afrika bertambah menjadi 74 juta orang hingga akhir Februari 2024, demikian menurut sebuah laporan baru yang dirilis pada Jumat (29/3) oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah badan internasional lainnya.
Pada Januari, jumlah orang mengalami kerawanan pangan mencapai 58,1 juta orang, dengan FAO dan badan-badan kemanusiaan, termasuk Dana Anak-anak PBB dan Organisasi Migrasi Internasional, mengaitkan lonjakan tersebut dengan konflik di berbagai negara di kawasan itu dan fenomena cuaca buruk.
Negara-negara yang terdampak antara lain Sudan, Ethiopia, Kenya, Djibouti dan Sudan Selatan di Afrika Timur, serta Republik Demokratik Kongo dan Republik Afrika Tengah.
Di Kenya, lebih dari 1,5 juta orang mengalami kerawanan pangan, sementara di Sudan dan Sudan Selatan jumlah orang yang mengalami hal serupa mencapai masing-masing 17,7 juta dan 5,7 juta orang, kata FAO.
"Krisis pangan di Sudan diperkirakan akan bertambah parah, didorong oleh terbatasnya ketersediaan pangan, gangguan pada jalur perdagangan dan pasar, tingginya harga komoditas, gangguan mata pencaharian, terbatasnya akses kemanusiaan, dan meluasnya pengungsian," kata badan-badan tersebut.
Mereka menambahkan bahwa di negara-negara tetangga seperti Republik Afrika Tengah, Chad, Mesir, Ethiopia, dan Sudan Selatan, konflik di Sudan memiliki dampak kemanusiaan yang parah, ditandai dengan lonjakan kedatangan pengungsi di tengah terbatasnya dana kemanusiaan.
"Bahkan sebelum konflik, negara-negara ini sudah bergulat dengan krisis lain, termasuk pengungsi dalam jumlah yang besar, konflik, pergolakan politik, kelaparan, dan berbagai tantangan ekonomi," ungkap laporan itu.
Badan-badan internasional tersebut menyebutkan, hujan El Nino 2023 berkontribusi pada peningkatan jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan di kawasan tersebut.
Dengan perkiraan kondisi yang lebih basah dari biasanya di sebagian besar kawasan itu, khususnya di Ethiopia, Kenya, Somalia, Sudan Selatan, Uganda, Burundi, Rwanda, dan Tanzania, selama musim hujan Maret-Mei 2024, situasinya mungkin tidak membaik.
Laporan tersebut menyerukan pemantauan ketat terhadap penyebab kerawanan pangan, termasuk risiko iklim, dan memperkuat tindakan antisipatif untuk pengurangan risiko bencana.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024