... rekonsiliasi di antara pemberontak menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita... "
Ouagadougou, Mali (ANTARA News) - Tiga kelompok pemberontak utama di Mali Utara, Senin, telah sepakat bersatu, menciptakan front dalam proses perdamaian yang sedang berlangsung dengan pemerintah.
Pemberontakan Tuareg di Mali Utara tahun lalu menjerumuskan negara ke dalam kekacauan, yang mengarah kepada kudeta di ibukota Bamako dan pendudukan wilayah oleh gerilyawan.
Sejak invasi yang dipimpin Prancis pada Januari untuk mengusir gerilyawan, kelompok pemberontak telah tersebar dan rekonsiliasi di antara pemberontak menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita.
Ketiga kelompok tersebut adalah Gerakan Nasional untuk Pembebasan Azawad (MNLA), Dewan Tinggi untuk Kesatuan Azawad (HCUA) dan Gerakan Arab Azawad (MAA). "Penggabungan akan berlaku dalam 45 hari," kata mereka.
Sebagai bagian dari kesepakatan damai yang ditandatangani dengan pemerintah di Burkina Faso pada Juni, tiga kelompok tersebut mengatakan mereka akan melucuti diri.
Namun, wilayah ini tetap tak stabil dan dua pekan terakhir wartawan radio Prancis dibunuh oleh gerilyawan tak dikenal.
Sekretaris jenderal MNLA, Bilal Ag Acherif, mengatakan kelompoknya akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menemukan pelaku.
"Kami akan berinvestigasi sepenuhnya dalam mencari kebenaran agar misteri ini diselesaikan," katanya.
Wilayah gurun telah menghasilkan empat pemberontakan sejak kemerdekaan dari Prancis pada 1960. Orang-orang Tuareg berkulit terang mengatakan bahwa pemerintah Afrika hitam berturut-turut di ibu kota telah mengabaikan mereka dari kekuasaan.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013