Rupiah Senin sore ditransaksikan pada 11.340 per dolar AS, relatif stabil dibanding posisi sebelumnya (1/11) 11.335 per dolar AS.
Analis pasar uang Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan bahwa pelemahan mata uang rupiah didorong kekhawatiran potensi pengurangan pemberian stimulus keuangan oleh bank sental AS, the Fed.
"Investor sedang khawatir the Fed akan mempercepat untuk mengurangi stimulus keuangannya setelah data di akhir pekan lalu menunjukkan berlanjutnya ekspansi sektor manufaktur AS," kata dia.
Di sisi lain, lanjut dia, data ekonomi Indonesia yang dirilis pada Jumat kemarin (1/11) mengisyaratkan masih adanya hambatan bagi kinerja rupiah dengan inflasi yang masih berada di level tinggi dan neraca perdagangan yang kembali defisit.
"Investor juga waspada menanti data produk domestik bruto (GDP) Indonesia pada 6 November mendatang yang dapat menegaskan berlanjutnya perlambatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara tersebut," kata dia.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Ruly Nova menambahkan, optimistis pelaku pasar terhadap perbaikan ekonomi AS cukup tinggi sehingga dolar AS cenderung menguat terhadap mayoritas mata uang dunia.
Dari dalam negeri, menurut dia, ekonomi Indonesia yang belum cukup baik membuat pelaku pasar mengantisipasi kinerja selanjutnya sehingga investor cenderung memegang dolar AS sebagai pelindung aset.
Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 11.389 per dolar AS, melemah dibanding posisi sebelumnya (1/11) 11.354 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013