Dallas (ANTARA News) - Juara tinju kelas berat dunia empat kali, Evander Holyfield, kembali naik ring menghadapi Jeremy Bates dalam pertarungan 10 ronde yang diharapkan petinju gaek itu sebagai awal dari upayanya kembali naik ring, Jumat.Holyfield (43) memiliki rekor menang 38 kali (termasuk 25 kali Knock Out/KO), seri delapan kali, dan kalah dua kali. Peraih medali perunggu Olimpiade 1984 dalam kelas berat ringan itu melihat kelas berat yang kini didominasi para petinju dari negara bekas Uni Soviet sebagai peluangnya untuk kembali jadi juara.Petinju asal Kazakhstan Oleg Maskaev, misalnya, berhasil menghentikan Hasim Rahman dan merebut mahkota tinju kelas berat WBC pekan lalu, dan bergabung dengan para petinju bekas Uni Soviet lainnya, Wladimir Klitschko, asal Ukraina yang merebut gelar kelas berat versi Federasi Tinju internasional (IBF), serta petinju Rusia Nikolay Valuev memegang mahkota tinju kelas berat versi Asosiasi Tinju Dunia (WBA). Holyfield terakhir bertarung di New York pada 13 November 2004, ketika dia kalah angka mutlak dari Larry Donald di Madison Square Garden, dan izin bertinjunya dicabut atas pertimbangan kesehatan, demikian laporan AFP.Kendati hanya menang satu kali dalam enam pertarungan terakhir, Holyfield yakin dalam posisi sempurna untuk menyatukan gelar tinju kelas berat yang dipegang para petinju dari negeri eks-Uni Soviet. Pelatihnya, Ronnie Shields, pun sepakat."Saya tahu ini mungkin terdengar sebagai kegilaan pada sementara orang, tapi saya katakan kepada anda, Evander dalam kondisi terbaik dalam 10 tahun terakhir. Jika dia tampil seperti diperlihatkan saat berlatih, maka saya amat yakin dia punya peluang nyata lawan siapa pun," ujarnya.Bates, yang sebelas tahun lebih muda dari Holyfield, mempunyai rekor menang 21 kali (18 kali KO) sebagai, seri 11 kali, dan kalah sekali. Holyfield pindah ke tinju profesional setelah Olimpiade musim panas 1984, dan segera mendominasi kelas berat, merebut gelar WBA dari Dwight Muhammad Qawi pada Juli 1986, merebut sabuk IBF dari Ricky Parkey 10 bulan kemudian, dan menyatukan gelar juara dengan menundukkan Carlos De Leon untuk versi WBC dalam April 1988.Segera setelah itu, Holyfield pindah ke kelas berat untuk memburu gelar yang ketika itu dikuasai Mike Tyson. Tapi, sebelum dia mendapat peluang untuk bertanding, Buster Douglas menggemparkan dunia tinju dengan merobohkan Tyson di Tokyo pada Februari 1990.Kemenangan Douglas tidak menghalangi Holyfield, dan membukukan kemenangan KO ronde ketiga lawan penakluk Tyson tersebut delapan bulan kemudian untuk merebut gelar juara kelas berat sejati. Holyfield berhasil mempertahankan gelar tiga kali sebelum kehilangan semua ketiga sabuk juaranya yang direbut Riddick Bowe pada November 1992.Holyfield merebut kembali gelar WBA dan IBF dari Bowe kurang dari setahun kemudian, tapi dikalahkan Michael Moorer dalam pertarungan berikutnya. Dia kembali naik ring melawan Tyson pada November 1996, dan merebut kembali gelar WBA, setelah mempertahankannya dalam tanding ulang menghebohkan lawan Tyson yang menggigit kupingnyaSetelah itu, Holyfield menundukkan Moorer pada November 1997 untuk merebut kembali gelar IBF.Setelah imbang secara kontroversial dalam pertandingan untuk menyatukan gelar melawan Lennox Lewis pada Maret 1999, Holyfield kalah dalam tanding ulang delapan bulan kemudian, dan berakhir keinginannya untuk menjadi petinju pertama dalam sejarah yang berhasil empat kali menjadi juara kelas berat dunia.Tapi, dia diberi kesempatan untuk mengisi sabuk WBA yang lowong dalam Agustus 2000, dan berhasil dengan kemenangan angka mutlak atas John Ruiz.Ruiz memenangi tanding ulang, dan bab terakhir dari triloginya berakhir dengan hasil imbang. Holyfield mendapat kesempatan terakhir untuk merebut mahkota dalam Desember 2002, tapi Chris Byrd menggondolnya dengan kemenangan angka mutlak.Menolak imbauan mundur dari banyak pakar, termasuk para dokter olahraga, Holyfield kembali naik ring pada Oktober 2003 melawan James Toney, mantan juara kelas menengah dan penjelajah. Toney menang Technicak Knock Out (TKO) ketika pihak di sudut ring Holyfield melempar handuk putih tanda menyerah setelah ronde kesembilan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006