Larantuka (ANTARA) - Para peziarah memadati lokasi prosesi Semana Santa di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga Jumat dini hari.
"Diberikan kesempatan bagi umat untuk membawa keluh kesah dan ujud niat rasa syukur kepada Tuhan untuk satu tahun yang telah diberikan," kata Raja Larantuka Don DVG di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, Jumat.
Devosi cium Tuan Ma atau patung Bunda Maria telah dimulai pada Kamis (28/3) pukul 11.00 WITA sejak pintu Kapela Tuan Ma dibuka oleh Raja Don DVG.
Setelah pintu kapela terbuka, para peziarah pun menjalankan devosi itu hingga pukul 17.00 WITA.
Baca juga: Panitia siapkan jalur khusus peziarah rentan Semana Santa Larantuka
Pantauan di Kapela Tuan Ma dan Tuan Ana, Larantuka hingga pukul 04.45 WITA, para peziarah masih mengantre dan terlihat memadati dua kapela tersebut.
Seorang peziarah asal Maumere, Kabupaten Sikka, Tita (32) terlihat ikut mengantre dengan peziarah lain untuk mencium Tuan Ana dan Tuan Ma.
Ia bersama tiga saudarinya sudah mengantre sejak pukul 11.00 WITA untuk mengikuti tradisi itu.
Sebagai peziarah yang baru pertama kali mengikuti prosesi Semana Santa, ia tertarik dengan cerita-cerita yang ia dengar tentang prosesi itu.
Ia pun memberanikan diri mengikuti prosesi dengan membawa ujud dan intensi khusus.
Baca juga: Uskup Larantuka pastikan Prosesi Semana Santa berjalan aman dan lancar
Peziarah lain, Birgita (60) yang datang dari Kabupaten Manggarai juga tertarik untuk mengikuti prosesi Semana Santa 2024.
Ia pernah mengikuti prosesi serupa pada tahun 2010, namun tetap memiliki kerinduan yang sama untuk hadir lagi di Kota Larantuka.
Birgita pun menjadikan momentum Semana Santa ini sebagai "bale nagi" atau pulang ke kampung halaman karena ia berasal dari Pulau Solor.
"Saya selalu menantikan momentum ini," ucapnya.
Baca juga: Basarnas siagakan personel dukung perayaan Semana Santa 2024
Mencium Tuan Ma dan Tuan Ana merupakan dua hal yang masuk dalam bagian prosesi Semana Santa dan selalu menjadi devosi yang paling diminati oleh peziarah.
Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024