Jakarta (ANTARA News) - Duduk sambil membaca buku bukanlah agenda rutin dari komunitas Goodreads Indonesia.

Terdiri dari 10.810 penggemar membaca, komunitas Goodreads tidak ingin menunjukkan membaca adalah sebuah kegiatan yang pasif. Dari membaca sebuah buku, timbul diskusi, bahkan acara nonton bareng.

Harun Harahap, moderator Goodreads Indonesia menceritakan, ia dan teman-teman di Goodreads pernah mengadakan acara nonton bareng film yang diangkat dari buku.

"Kami diskusi dan di buku, lebih detail," kata Harun saat ditemui ANTARA News di acara HiddenPark, Taman Honda Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu malam ini.

Biasanya, Goodreads Indonesia menonton film yang tidak diputar di bioskop Indonesia atau film lama yang sudah tidak lagi diputar di bioskop. "To Kill A Mocking Bird" dan "Coraline" adalah dua film yang pernah mereka tonton bersama berkat buku.

"Cari keasikan lain dari membaca," tambahnya.

Membaca pula membuat Goodread Indonesia mengadakan acara "Jelajah Buku". Mengadakan napak tilas dari buku "Rahasia Meede" karya E.s Ito, Harun bercerita komunitasnya berjalan-jalan di daerah Kota Tua, Jakarta. Terinspirasi dari buku "Giganto: Primata Purba Raksasa di Jantung Borneo", mereka pun mengadakan acara jalan-jalan di Kebun Binatang Ragunan, melihat-lihat primata yang ada di sana.

Goodreads Indonesia berusaha memberi tahu masyarakat bahwa membaca bukanlah sebuah kegiatan yang membosankan dan memusingkan.

"Kami pingin menanamkan membaca itu kebutuhan dasar. Bisa baca itu bukan kebutuhan yang aneh atau mewah, misalnya buat baca tanggal kadaluarsa, kontrak, membaca itu penting banget," tuturnya.

Ia pun mengakui kutu buku yang gemar membaca kerap dianggap nggak asik, culun. Padahal, menurutnya, orang yang suka membaca justru lebih menyenangkan.

"Karena dia baca banyak buku, pengetahuannya lebih banyak dan pandangannya lebih terbuka," ceritanya dengan semangat.

Dari membaca, ia biasa terlibat diskusi bersama teman-temannya. "Dengan terbiasa dengar pendapat orang lain, orang jadi terasah toleransinya."

Ketika ditemui di acara HiddenPark, Goodreads Indonesia kebagian mengurusi perpustakaan luar ruangan. Harun menceritakan konsep ini telah mereka jalankan saat acara serupa di Taman Srigunting, Semarang, yang diberi nama "Rumah Buku" beberapa waktu yang lalu.

Goodreads Indonesia menyiapkan tempat menyerupai rumah burung untuk memuat sekitar 30 buku bacaan. Pengunjung dapat menikmati buku bacaan yang ada di "Rumah Buku" tanpa biaya.

"Bisa membaca, menukar dengan buku yang dimiliki di rumah, dan menyumbang buku. Baca, tukar, sumbang," jelasnya.

Ia pun menceritakan pengalaman "Rumah Buku" pertama di Semarang itu. Koleksi pertama di "Rumah Buku" Semarang berjumlah sekitar 20 buku.

"10 hilang hahaha. Tapi, nggak apa-apa, semakin ke sini yang nyumbang banyak, jadi ada gantinya," katanya.

Ia berencana untuk dapat membuat program serupa di dua taman di Jakarta.

"Taman jadi opsi tambahan (untuk membaca). Apalagi kalau ada buku yang disediakan di taman, kses masyarakat ke bahan bacaan pun bertambah," katanya.

Meski tidak rutin, komunitas Goodreads Indonesia juga berusaha turut berpartisipasi menyumbang buku untuk daerah terpencil.

"Gimana caranya nggak Cuma masyarakat kota tapi membuat akses buku di daerah terpencil semakin dekat. Jadi, nggak susah cari buku," jelasnya.

Goodreads Indonesia berdiri sejak 7 Juni 2007. Berawal dari situs www.goodreads.com, mereka pun membuat Goodreads Indonesia. Setiap bulan, mereka rutin mengadakan acara seperti diskusi buku, temu penulis, hingga seminar.(*)

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013