"Dilihat dari spektrum elektromagnetik, RF memiliki bandwidth 40 GHz, dan ini sudah hampir penuh. Karena itu, muncul riset visible light communication (VLC), yang memanfaatkan spektrum cahaya tampak untuk komunikasi," kata Peneliti Pusat Riset Elektronika BRIN Rahmayati dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Para peneliti melihat peluang ke frekuensi yang lebih tinggi, yaitu visible light atau cahaya tampak yang memiliki bandwidth sepuluh ribu kali lipat dari transmisi gelombang radio. Bahkan, teknologi itu belum banyak digunakan untuk komunikasi.
Rahmayati mengatakan bila hanya mengandalkan radio frekuensi saja tidak cukup dan menggiring kepada krisis spektrum.
Jika kondisi itu terus dibiarkan, maka semakin lama tidak akan cukup karena yang menggunakan semakin banyak.
Menurutnya, sistem komunikasi cahaya tampak atau VLC jika dibandingkan dengan frekuensi radio memiliki ciri, di antaranya unlicensed spektrum untuk 430 THz – 790 THz baru dipakai untuk pencahayaan, belum untuk komunikasi. Kemudian, teknologi itu juga mendukung untuk 5G hingga 6G dan baik untuk akses indoor.
Keamanan juga lebih tinggi dan tidak akan menembus dinding solid, large bandwidth, dan low cost. Pemanfaatan sumber cahaya seperti LED dan ditambahkan fungsi komunikasi dapat menambah nilai LED tersebut dan meminimalkan biaya untuk komunikasi.
Baca juga: Peneliti BRIN sebut penginderaan jauh punya akurasi tinggi
Baca juga: BRIN: Perubahan iklim berdampak pada ionosfer, ganggu gelombang radio
Baca juga: BRIN uji tujuh perangkat KTP elektronik
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024