Jakarta (ANTARA) - Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Prof. Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan posisi Amerika Serikat semakin terpojok di dunia internasional sehingga negara adidaya itu mengambil sikap abstain atas resolusi DK PBB terkait Palestina.

“Abstainnya AS di luar dugaan. Perubahan sikap yang membuat Israel kecewa. Perbedaan sikap yang sebenarnya sudah terlihat, ketika Israel terus menyerang Jalur Gaza, yang menimbulkan kecaman dunia internasional. Posisi AS dalam kesulitan besar, maka abstain dianggap jalan paling aman dari pilihan-pilihan yang sangat berisiko di mata Israel dan dunia internasional,” ujar Sudarnoto Abdul Hakim dalam keterangan kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Resolusi Dewan Keamanan PBB tentang gencatan senjata di Jalur Gaza sepanjang Ramadhan disetujui pada Senin (25/3).

Sudarnoto mengatakan dalam Keputusan Resolusi PBB sebanyak 14 negara menyetujuinya dan Amerika Serikat menyatakan abstain, dengan demikian tidak melakukan veto atas resolusi tersebut.

“Sikap Amerika Serikat ini di luar dugaan, di mana sebelum-sebelumnya Amerika Serikat selalu menggunakan veto. Ini menunjukkan bahwa ada detak-detak yang sangat penting dalam sejarah hukum internasional. Tentu saja sikap Amerika Serikat ini sangat mengecewakan pihak Israel,” kata dia.

Abstainnya AS dalam resolusi PBB ini membuat Benjamin Netanyahu kecewa sehingga Perdana Menteri Israel itu pun membatalkan utusan kunjungannya ke AS untuk bertemu dengan Presiden Joe Biden dalam rangka membahas Gaza atau Palestina, lanjut Sudarnoto.
Baca juga: DK PBB adopsi resolusi gencatan senjata di Gaza selama Ramadhan

"Ini menurut saya merupakan bentuk perubahan sikap Amerika Serikat terhadap peristiwa yang terjadi di Palestina, khususnya di Gaza. Sebetulnya sinyal-sinyal terjadinya perbedaan sikap antara Amerika dengan Israel sudah mulai terlihat sejak Israel berkeras hati untuk terus melakukan penyerangan, penghancuran, dan genosida di Gaza," ujar Sudarnoto.

Ia mengatakan Amerika Serikat kali ini berhati-hati yaitu dengan mengikuti ekspektasi masyarakat internasional, terutama penghentian genosida yang dilakukan Israel di Gaza.

Sikap abstainnya AS, lanjut dia, juga menunjukkan bahwa negeri Paman Sam itu mempertimbangkan tuntutan dari banyak negara untuk menghentikan kekejaman Israel di Gaza.

Selain itu, Sudarnoto mengatakan bahwa tekanan publik kepada pemerintah AS cukup tinggi terkait apa yang terjadi di Gaza.

“Tekanan publik di AS cukup tinggi di tengah masa-masa penting seperti sekarang ini yaitu suksesi menjelang pemilu Presiden 2024,” kata dia.
Baca juga: Survei: Separuh lebih warga AS menentang aksi militer Israel di Gaza

Ia mengatakan isu kejahatan terhadap kemanusiaan yaitu genosida yang ditujukan kepada Israel membuat Amerika Serikat kehilangan kepercayaan publik secara internasional.

Secara moral di mata publik, tegas Sudarnoto, Amerika Serikat sudah runtuh.

Amerika Serikat, lanjut dia, tentu saja tidak mau semakin kehilangan momentum untuk meruntuhkan diri di masyarakat internasional baik dalam moral maupun dalam konteks lain karena hal itu dapat berdampak luas baik dalam politik, keamanan, termasuk implikasi kemanusiaan bahkan ekonomi.

Jika Amerika Serikat terus mendukung Israel, maka AS akan mengalami situasi yang semakin berat baik secara internal maupun internasional.

Di sisi lain, lanjut Sudarnoto, jika Israel masih terus menyerang penduduk Gaza, bisa jadi AS akan mengurangi bahkan menghentikan dukungan militernya.

Setelah Resolusi DK PBB ini, ia berharap bahwa ke depannya tidak ada lagi pembunuhan maupun genosida di Gaza. “Bahkan seluruh pasukan Israel harus mundur,” kata dia.

Baca juga: Indonesia harap resolusi gencatan senjata di Gaza dijalankan utuh

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024