Para imigran itu berangkat dengan dua truk dari kota kaya uranium Arlit di utara Niger menuju Tamanrasset di Aljazair pada pertengahan Oktober, kata petugas.
Setelah salah satu truk rusak, truk kedua memutar balik untuk mencari bantuan namun ternyata truk itu juga mogok sehingga para penumpangnya mencoba kembali dengan berjalan kaki.
Wali Kota Arlit, Maouli Abdouramane mengatakan sebanyak 92 mayat ditemukan setelah pencarian selama berhari-hari. Mereka terdiri atas 52 anak-anak, 33 perempuan dan tujuh lelaki.
"Pencarian masih terus dilakukan," kata Abdouramane kepada Reuters melalui telepon. Ia mengatakan, semua korban berasal dari Niger namun tujuan akhir mereka belum jelas.
Seorang pejabat militer mengatakan sekitar 20 orang dinyatakan selamat. Lima diantaranya harus berjalan kaki sejauh puluhan kilometer menyeberang gurun panas kembali ke Arlit untuk memberitahu pihak berwenang.
Mayat-mayat itu ditemukan terpisah-pisah berjauhan di gurun itu, hingga sekitar 20 km dari perbatasan Aljazair, kata seorang pejabat militer lain.
Jumlah korban tewas itu meningkat dar laporan sebelumnya yang menyebutkan 10 tewas dan 50 hilang akibat insiden tersebut.
Sebagian besar orang menggunakan rute berbahaya melintasi perbukitan pasir itu adalah anak-anak muda Afrika yang mencari kerja di Eropa atau Afrika utara.
Ini menimbulkan pertanyaan mengenai tujuan konvoi yang terdiri atas perempuan dan anak-anak tersebut.
Setiap tahun banyak orang meninggalkan Niger, negara miskin yang dikategorikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai negara paling terbelakang di dunia, untuk mencari pekerjaan.
Jaringan perdagangan orang yang menggunakan truk melintasi gurun pasir dari utara Niger menuju Afrika utara menarik minat para imigran dari Afrika Barat, termasuk mereka dari kawasan yang tengah mengalami kenaikan ekonomi seperti Ghana, dan bermimpi bisa meraih kehidupan lebih baik di Eropa.
Sepanjang tahun ini lebih dari 32 ribu imigran tiba di selatan Eropa dari Afrika meskipun belum diketahui tujuan pasti kelompok ini.
Operasi yang dilakukan otoritas Spanyol menutup rute dari Afrika Barat ke Kepulauan Canary sehingga para imigran mencoba lintasan Mediterranian menyeberang dari Afrika utara ke Eropa selatan, meski banyak diantara mereka yang harus kehilangan nyawa.
Dua insiden terpisah di Italia selatan bulan ini semakin memperjelas bahaya tersebut, ketika 366 imigran Eritrea tenggelam dalam sebuah bencana dan seminggu kemudian sekitar 200 orang hilang setelah kapal yang mereka tumpangi tenggelam, demikian Reuters.
(S022)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013